Wednesday, December 7, 2016

Jangan Memberi Kalau Ingin Meminta

Wahai saudaraku
yang berlebih harta..
yang berlebih jabatan...
berlebih kesempatan....

Apalah arti memberikan ala kadar...
Kalau ada harapan...
Mendapat perhatian...
Mendapat balas budi..
Bahkan mendapatkan kekuasaan...

Memberi adalah memberi...
Yang diberi bukan berarti dikuasai..

Jangan ungkit apa yang kau berikan..
Yang diberi bukanlah makhluk tanpa rasa...

Menerima kadang bukanlah pilihan...
Menolak pun tak kuasa....

Bacalah pikirannya...
Resapi jiwanya...
Sehingga tiada kita kan melontarkan....
kata-kata
perbuatan...
yang menyakitkan padanya...

Hancurlah kita..
Ketika tidak ada orang yang mau menerima...
Pemberian kita...
Bukan karena tidak membutuhkan...
Tapi tidak mau dipermalukan...
Dibuat rendah harga dirinya....

Memberi adalah memberi..


Purbalingga, 7 Desember 2016




Ditulis oleh: Arsyad R Bahasa dan Sastra Updated at : 11:46 AM

Saturday, November 26, 2016

Bayang-Bayang Keikhlasan













Bayang-Bayang Keikhlasan

Ketika memberi berharap balasan
Ketika memberi berharap pujian
Ketika memberi berharap senyuman

Lupakanlah...

Memberi adalah memberi
Tidak perlu dikaji
Tidak perlu direnungi

Lepaskanlah...

Tidaklah perlu mengungkit
Membuat sakit
Dan jadi penyakit

Lupakanlah...

Tidak usah merasa tinggi
Tidak usah merasa kuasa
Tidak usah merasa berpunya

Lepaskanlah...

Hati ini sedih
Tiada yang mengerti
Begitu letih
Luka di hati
makin menganga...
Tak tahu harus apa...
Hanya terdiam...memandang
mencoba menikmati...
Tapi...entahlah

Purbalingga,  25 November 2016

Sumber gambar : http://kolom.abatasa.co.id/gambar/kolom-mulailah-dari-diri-sendiri-1072_l.jpg




Ditulis oleh: Arsyad R Bahasa dan Sastra Updated at : 11:36 PM

Friday, November 25, 2016

Puisi Charil Anwar : Deru Campur Debu

Deru Campur Debu Chairil Anwar
Puisi Chairil Anwar ini, saya temukan pada buku kumpulan puisi yang berjudul "Deru Campur Debu". Buku yang saya baca ini merupakan buku cetakan keenam tahun 2016 dari Penerbit Dian Rakyat.

Awalnya, saya tidak menyangka bisa menemukan kumpulan-kumpulan puisi Chairil Anwar dalam sebuah buku yang ada di perpustakaan sekolah. Sungguh, kalau dulu saat sekola (SMP/SMA) hanya menemukan cukilan-cukilan puisi dalam buku paket Bahasa Indonesia atau saat dibacakan oleh guru Bahasa Indonesia saat itu.

Kemudahan dalam mengakses informasi, menjadi keuntungan tersendiri. Tidak usah menunggu lama atau mencari ceceran-ceceran puisi Chairil Anwar, tetapi langsung dalam buku kumpulan puisinya yang berjudul "Deru Campur Debu".

Dalam kumpulan puisi "Deru campur Debu" tersebut ada 27 puisi plus 1 buah Tulisan Chairil Anwar. Sayang sekali saya kesulitan dalam membaca tulisan Chairil Anwar tersebut.

Puisi-puisi yang ada dalam kumpulan buku "Deru Campur Debu" adalah sebagai berikut :

  1. Aku
  2. Hampa
  3. Selamat Tinggal
  4. Orang Berdua
  5. Sia-Sia
  6. Doa
  7. Isa
  8. Kepada Peminta-minta
  9. Kesabaran
  10. Sajak Putih
  11. Kawanku dan Aku
  12. Kepada Kawan
  13. Sebuah Kamar
  14. Lagu Siul
  15. Malam di Pegunungan
  16. Catetan Th. 1946
  17. Nocturno
  18. Kepada Pelukis Affandi
  19. Buah Album D.S
  20. Cerita Buat Dien Tamaela
  21. Penerimaan
  22. Kepada Penyair Bohon
  23. Senja di Pelabuhan Kecil
  24. Kabar dari Laut
  25. Tuti Artic
  26. Sorga
  27. Cintaku Jauh di Pulau
  28. Tulisan Chairil Anwar
Dari ke-28 judul itu ada beberapa yang sudah saya kenal ketika SMP/SMA yaitu Aku (yang begitu legendaris), puisi Doa, Kepada Peminta-Minta, Cerita Buat Dien Tamaela, serta Senja di Pelabuhan Kecil. Sedangkan judul-judul puisi Chairil Anwar yang lain baru kenal beberapa waktu kemarin.

Ternyata ada puisi yang sangat pendek, tidak sebanding judulnya. Puisi yang saya maksud berjudul Malam di Pegunungan, yang berbunyi sebagai berikut.

Malam di Pegunungan
Aku berpikir : Bulan inikah yang membikin dingin,
Jadi pucat rumah dan kaku pepohonan?
Sekali ini aku terlalu sangat dapat jawab kepingin
Eh, ada bocah cilik main kejaran dengan bayangan!

Coba baca dan cermati puisi Chairil Anwar di atas.

Saya kira puisi itu bicara tentang seseorang yang merasakan kesepian di pegunungan. Sendirian. Beku. Mati..dan seterusnya. Ternyata....jauh dari bayangan saya.

Aku berpikir :Bulan inikah yang membikin dingin
Maksudnya..apakah Chairil Anwar bertanya pada bulan ataukah "bulan" yang tidak dijelaskan sedang terang benderang atau redup, bulat penuh atau separuh bahkan seperempat sebagai penyeban malam di pegunungan menjadi dingin. 
Masa iya membuat rumah menjadi pucat dan pepohonan menjadi kaku. Ketika digambarkan bulannya bulan pucat, atau tidak terang boleh jadi rumah pun menjadi pucat. Tetapi apa hubungannya dengan kekakuan pepohonan?

Eh, ada bocah cilik main kejaran dengan bayangan!
Apakah dalam bayangan Chairil Anwar, pegunungan tersebut sebagai sebuah desa atau setidaknya dekat dengan desa, sehingga ditemukan anak kecil. Kayaknya ndak deh, hanya ada seorang anak kecil yang bermain sendirian di pegunungan...

Entahlah...Begitulah mungkin imajinasi seorang penyair. Seorang Chairil Anwar yang dengan ide-idenya yang diluar persangkaan orang biasa.


 

Ditulis oleh: Arsyad R Bahasa dan Sastra Updated at : 11:24 PM

Thursday, November 24, 2016

Kesalahan Berbahasa : Penggunaan EYD

Kesalahan Berbahasa Penggunaan EYDJudul Buku : Kesalahan Berbahasa : Penggunaan EYD
Penyusun : Gantamitreka & Shokha
Jumlah halaman : x + 278 hlm
Tahun Terbit : 2016
Penerbit : Genta Smart Publisher
ISBN : 978-602-6991-46-1






Kita sering mendengar kata-kata 'gunakan bahasa yang baik dan benar'. Baik dan benar tentunya memiliki arti yang berbeda. Yang baik belum tentu benar dan yang benar belum tentu baik...Klies banget ya.

Bahasa yang baik adalah bahasa yang sesuai dengan tuntutan norma yang berlaku dalam masyarakat. Ketika berkomunikasi dalam suasana yang resmi, gunakanlah bahasa yang baku. Sedangkan untuk berkomunikasi pada suasana yang tidak formal bisa menggunakan bahasa yang santai dan lebih akrab.

Bahasa yang benar adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah atau aturan bahasa Indonesia yang berlaku. Kaidah atau aturan yang dimaksud meliputi kaidah ejaan, kaidah pembentukan kata, kaidah penyusunan kalimat, kaidah penyusunan paragraf maupun kaidah penataan penalaran.

Dalam buku Kesalahan Berbahasa : Penggunaan EYD ini dibahas seluk beluk bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Buku ini terdiri dari 8 bab sebagai berikut :
Bab 1 Mengenal Bahasa Indonesia
Bab 2 Sejarah Indonesia yang Disempurnakan
Bab 3 Ejaan yang Disempurnakan
Bab 4 Pedoman Umum Pembentukan Istilah
Bab 5 Panduan Pembakuan Istilah Komputer
Bab 6 Kesalahan Berbahasa : Praktik dalam Kehidupan Sehari-hari
Bab 7 Analisis Kesalahan Bahasa
Bab 8 Sekapur Sirih Penyuntingan Naskah

Untuk memahami isinya secara mendetil silakan baca saja buku Kesalahan Berbahasa : Penggunaan EYD ini. Dalam blog ini paling dikupas sedikit demi sedikit, khususnya materi yang saya anggap baru atau begitu penting untuk dituliskan di sini.

Selamat membaca

Ditulis oleh: Arsyad R Bahasa dan Sastra Updated at : 9:05 PM

Sunday, November 20, 2016

Diksi dan Gaya Bahasa

Buku Diksi dan Gaya Bahasa merupakan lanjutan dari buku Komposisi yang ditulis oleh Gorys Keraf.  Dalam buku Diksi dan Gaya Bahasa ini akan diperkenalkan mengenai komposisi dari segi retorika. Komposisi sendiri dapat diartikan sebagai penyusunan atau penempatan beberapa unsur secara bersama-sama dalam suatu paduan yang harmonis. Komposisi dalam konteks bahasa dan sastra dapat diartikan sebagai penempatan unsur-unsur bahasa untuk menghasilkan karangan yang baik dan teratur.

Buku Diksi dan Gaya Bahasa ini tidak berdiri sendiri dengan buku-buku lain tentang teknik mengarang. Masih ada beberapa buku yang harus dikuasai seperti buku Eksposisi dan Deskripsi serta buku Argumentasi dan Narasi.

Buku Diksi dan Gaya Bahasa ini terbagi dalam 7 bagian, yaitu
Bab 1 Retorika
Dalam melakukan retorika ada 2 aspek yang perlu diketahui, yaitu pengetahuan mengenai bahasa dan pengetahuan mengenai obyek/materi yang akan disampaikan. Dalam buku Diksi dan Gaya Bahasa ini retorika diartikan sebagai suatu teknik pemakaian bahasa sebagai seni, baik lisan maupun tertulis, yang didasarkan pada pengetahuan yang disusun dengan baik.

Bab 2 Kata dan Pilihan Kata
Tiap kata mengungkapkan sebuah gagasan atau sebuah ide. Semakin banyak kata yang dikuasai seseorang, semakin banyak pula ide atau gagasan yang dikuasainya dan sanggup diungkapkannya. Pilihan kata atau diksi bukan sekedar untuk menyatakan kata-kata mana yang dipakai untuk mengungkapkan ide atau gagasan tetapi juga meliputi permasalahan fraseologi, gaya bahasa, dan ungkapan.

Bab 3 Kamus Sebagai Sumber Diksi
Kamus merupakan buku referensi yang memuat daftar kosa kata yang terdapat dalam sebuah bahasa, yang disusun secara alfabetis disertai keterangan bagaimana menggunakan kata tersebut. Kamus dapat dibedakan menjadi kamus umum, kamus khusus dan kamus istilah. Ada juga yang membedakan kamus menjadi kamus eka bahasa, dwi bahasa bahkan multi bahasa. Dari sifatnya pun dapat dibedakan antara kamus standar dan kamus non-standar.

Bab 4 Perluasan Kosa Kata
Setiap orang perlu untuk melakukan perluasan kosa kata untuk meningkatkan kualitas komunikasinya. Kosa kata yang dikuasai setiap orang akan berkembang dimulai masa anak-anak kemudian menginjak remaja sampai akhirnya dia menjadi dewasa. Kosa kata dapat diperluas oleh setiap orang melalui berbagai cara seperti melalui proses belajar, melalui konteks, melalui kamus, kamus sinonim dan tesaurus serta dengan menganalisa kata-kata.

Bab 5 Pendayagunaan Kata dan Ketepatan Pilihan Kata
Pendayagunaan kata berkaitan dengan dua permasalahan utama, yaitu ketepatan memilih kata yang tepat serta kesesuaian atau kecocokan dalam menggunakan kata-kata tersebut. Ketepatan pilihan kata membicarakan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh penulis atau pembicara.

Bab 6 Pendayagunaan Kata dan Kesesuaian Pilihan Kata
Ketepatan dan kesesuain pilihan kata merupakan hal yang berbeda. Dalam persoalan ketepatan kita bertanya apakah pilihan kata yang dipakai sudah setepat-tepatnya, sehingga tidak akan menimbulkan interpretasi yang berlawanan antara pembicara dan pendengar atau antara penulis dan pembaca. Sedangkan dalam kecocokan atau kesesuaian dipersoalkan apakan pilihan kata atau gaya bahasa yang dipergunakan tidak merusak suasana atau menyinggung perasaan.

Bab 7 Gaya Bahasa
Gaya bahasa atau style merupakan cara untuk mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Sebuah gaya bahasa yang baik harus mengandung tiga unsur berikut, yaitu kejujuran, sopan santun, dan menarik.

Untuk uraian yang lengkap dari ketujuh bahasan tersebut bisa membaca buku Diksi dan Gaya Bahasa yang ditulis oleh Gorys Keraf.
Selamat membaca.



Ditulis oleh: Arsyad R Bahasa dan Sastra Updated at : 7:13 PM

Wednesday, November 9, 2016

Memahami Hubungan Makna

Hubungan makna seperti yang dikemukakan oleh Nida dalam Componential Analysis of Meaning (1975) sebagaimana dikutip oleh Prof. dr. Hj. T. fatimah Djajasudarma (1993) dijelaskan bahwa ada 4 prinsip yang menyatakan hubungan makna yaitu : (1) prinsip inklusi (inclusion), (2) tumpang tindih (overlapping), (3) komplementasi (complementation) , dan (4) persinggungan (contiguity).

Perhatikan kalimat berikut, " Mereka saling berebutan kursi".  dalam kalimat tersebut ditemukan makna yang berbeda. Pertama adalah orang-orang berebutan kursi untuk sekedar duduk, sedangkan makna yang lain bisa berarti orang yang berebutan jabatan. Meskipun demikian, ada satu titik temu di situ yaitu kata "kursi", yang artinya memang tempat duduk. Baik bagi orang yang sekedar duduk atau orang yang mendapat jabatan juga membutuhkan kursi untuk duduk.

Marilah kita kupas ke-4 prinsip dalam menyatakan hubungan makna :
1. Prinsip inklusi
Prinsip ini terjadi karena pemakai bahasa ingin dengan cepat mengungkapkan apa yang diacunya atau juga karena ketidakmampuan dalam menciptakan nama benda (peristiwa) yang diacunya.
Misalnya :
a. Binatang. Di dalam kata binatang tercakup harimau, gajah, kucing, anjing dan sebagainya.
b. Pemuda. Ke dalam kata pemudi inklusif di dalamnya pemudi, tetapi tidak berlaku sebaliknya. Kata pemudi selalu perempuan.
(Catatan penulis : Saya tidak usah ragu-ragu lagi ketika menggunakan kata siswa. Misalnya memberikan pengumuman kepada semua siswa. Siswa yang dimaksud termasuk juga siswinya. Tetapi jika pengumuman tersebut untuk siswi, berarti tidak melibatkan siswanya. Jadi tidak perlu dikatakan "......semua siswa-siswi...." tetapi cukup "....semua siswa" (termasuk siswinya loh).....atau ".....semua siswi......" (hanya siswa yang perempuan).
c. Makan. Kata makan ini menginklusifkan jenis makanan dan alat untuk makan, seperti pada "Ia sedang makan".
d. Menuju. Kata menuju bermakna arah dan menginklusifkan preposisi ke, sehingga ada pernyataan "Ia menuju Jakarta" atau "Ia menuju ke Jakarta".

2. Prinsip tumpang tindih
Prinsip tumpang tindih ini mengacu kepada kata yang mengandung berbagai informasi di dalamnya.
Misalnya kata "mempertanggungjawabkan" bisa berarti memikiki makna kategori aktif dan juga makna kategori "aksi atau tindakan bertanggung jawab". Demikian juga kata "kami-kami" yang berarti pronomina persona pertama jamak dan juga berarti meremehkan atau merendahkan.

3. Prinsip komplementer
Prinsip ini merupakan pasangan-pasangan komplementer (saling melengkapi) baik kata-kata yang maknanya berlawanan, berlawanan dengan makna sebaliknya, ataupun makna bolak-balik.
Misalnya :
(1) baik : buruk
(2) benar : salah
(3) besar : kecil
(4) marah : senang
(5) bertengkar : berdamai
(6) membenci : menyenangi
(7) menyewa : menyewakan
(8) menjual : membeli
(9) menerima : memberi
Coba perhatikan baik-baik kelompok kata-kata (1), (2), (3) dengan kelompok (4), (5), (6) serta kelompok kata (7), (8) dan (9) mana yang memiliki makna berlawanan, berbalik, atau timbal balik.

4. Prinsip persinggungan
Makna bersinggungan hampir sama dengan sinonim. hanya tingkat kesamaanya agak berbeda. Makna bersinggung terjadi pada kata-kata yang memiliki asosiatif yang sama.

Perhatikan kata-kata berikut :
(1) memberikan, (2) menyerahkan, (3) menganugrahi dan (4) menghadiahi ==> A
(1) terbit, (2) muncul, (3) keluar ==>B
(1) mengunjungi, (2) melayat, (3) menonton ==> C

Coba amati makna asosiatif yang muncul pada kata-kata dalam tiap kelompok.
Misalnya pada kelompok C. Kata "mengunjungi" lazim dikenakan misalnya dalam kalimat "Saya mengunjungi sahabat saya". Sahabat saya tersebut boleh jadi karena saya jarang bertemu dengannya atau juga tinggal di tempat yang jauh. Sehingga saya datang mengunjunginya. Beda lagi tentunya jika saya ada masalah atau ada pihak lain punya masalah dengan dia, sedangkan saya menjadi mediatornya. Saya mungkin akan mengatakan  "Oke, saya akan mencoba menemui sahabat saya". (Malah di luar kata mengunjungi, melayat dan menonton ya?...meski maksudnya tetap bertemu dengannya).
Tentunya sangat tidak etis, tidak lazim, dan "kurang ajar" ketika saya menggunakan kalimat "Saya akan melayat ke rumah saudara". Padahal yang dimaksud "saudara" tersebut masih hidup dan tidak ada yang meninggal di rumah "saudara" itu..

Sumber :
Djajasudarma, T. Fatimah. 1993. Semantik 2 - Pemahaman Ilmu Makna. PT Refika Aditama Bandung




Ditulis oleh: Arsyad R Bahasa dan Sastra Updated at : 2:10 PM

Wednesday, November 2, 2016

Puisi Chairil Anwar : ISA

Sebuah puisi karya Chairil Anwar berjudul ISA, tak sengaja saya temukan di buku Ensiklopedia Sastra Indonesia Modern (2009).
Isa sendiri adalah seorang nabi, bagi umat Islam. Dia adalah seorang nabi dan rasul yang dilahirkan oleh Maryam,ibunya. Dalam sejarahnya, Isa membawa ajaran monoteisme tentang ketuhanan.

Isa, bagi umat Kristen adalah Yesus Kristus, yang dipandang sebagai Allah manusia. Selama hidupnya di dunia Isa (Yesus) banyak melakukan perbuatan mukjizat, antara lain menyembuhkan orang sakit dan membangkitkan orang mati. Namun, Isa (Yesus) sendiri akhirnya dihukum mati oleh musuh-musuhnya dengan disalib di bukit Golgota. Bagi umat kristen, kematian Isa (Yesus) tersebut meruakan upaya penyelamatan dan penebusan dosa umat manusia.

Dalam puisi Indonesia modern, kisah tentang Isa tersebut banyak dikupas, Misalnya dalam puisi Chairil Anwar berikut yang ditujukan kepada Nasrani sejati.

ISA

Itu Tubuh
mengucur darah
mengucur darah

rubuh
patah

mendampar tanya : aku salah?
kulihat Tubuh mengucur darah
aku berkaca dalam darah

terbayang terang di mata masa
bertukar rupa ini segera

mengatup luka
aku bersuka

itu Tubuh
mengucur darah
mengucur darah

Dalam puisi Isa tersebut, Chairil Anwar menggambarkan Isa sebagaimana kepercayaan Kristen, yaitu Isa yang disalib untuk menebus dosa manusia.
Tergambar jelas dalam kata-kata

"Itu Tubuh
mengucur darah
mengucur darah"

Kalau dibaca, nampak oleh saya ada nada kepasrahan yang luar biasa.
Tidak ada pemberontakan. Seperti dalam ungkapan "mendampar tanya : aku salah?"
Bahkan menikmati, terungkap dalam kata-kata
 "terbayang terang di mata masa
bertukar rupa ini segera

mengatup luka
aku bersuka".

Kata-kata singkat pengungkapan Chairil Anwar yang menusuk hati. Kata-kata yang penuh kontradiksi....sindiran luar biasa terutama kepada para penyalib.
Rasa sakit sekaligus bisa menikmati rasa itu.

Sumber : Sugono, Dendy (Penyunting). 2009. Ensiklopedia Sastra Modern. Cetakan ketiga. PT Remaja Rosdakarya bekerja sama dengan Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional.

Sumber gambar : http://chairil-anwar.blogspot.co.id/
Ditulis oleh: Arsyad R Bahasa dan Sastra Updated at : 8:31 AM

Sunday, October 30, 2016

Bahasa Baku dan Bahasa Beku

Membaca buku Kesalahan Berbahasa Penggunaan EYD Panduan Lengkap Berbahasa yang Baik dan Benar Sesuai Permendikbud 2015 yang disusun oleh Gantamitreka dan Shokha, bacaan saya terhenti ketika menemukan istilah bahasa beku.

Kalau istilah kata bahasa baku sendiri, tentunya kita sering mendengar. Secara ringkasnya bahasa baku merupakan bahasa yang dipakai dalam suasana resmi. Misalnya dalam membuat surat-menyurat resmi, pengumuman resmi, laporan resemi, undangan-undangan dan sebagainya. Bahasa baku juga dipakai saat pidato resmi, ceramah, kuliah, kutbah dan sejenisnya. Demikian juga dalam pembuatan karangan, karya tulis ilmiah, skripsi, tesis, makalah dan tulisan resmi lainnya juga menggunakan bahasa baku.

Dari buku Kesalahan Berbahasa Penggunaan EYD tersebut dijelaskan arti dari bahasa beku. Bahasa beku merupakan bahasa yang dalam penggunaan sebenarnya salah tetapi dilihat dari kaidahnya, tetap dibenarkan. Penggunaan bahasa beku ini biasanya terkait dengan dokumen penting negara dan tata peribadatan agama.
1. Dalam Dokumen Penting Negara
Misalnya penggunaan kata beku dalam istilah-istilah berikut :
a. Maha Esa
Kata "Maha Esa" seharusnya ditulis "Mahaesa" karena semua kata dasar yang mendapat awalan asing ditulis serangkai. Tetapi, karena dari awal penulisan Maha dan Esa dipisah, maka penulisan tersebut dianggap benar dan dibenarkan.
b. PBB dan UUD
Penulisan "PBB" dan "UUD" seharusnya ditulis sebagai "PB" dan "UD". Coba bandingkan dengan penulisan "TK" yang berati "Taman Kanak-Kanak"  (bukan ditulis sebagai "TKK" kan?). Meskipun demikian penulisan "PBB" dan "UUD" itu benar dan dibenarkan. Tentunya kita akan lebih mengenal istilah "PBB" dan "UUD" tersebut ketimbang menggunakan istilah "PB" dan "UD".

2. Dalam Tata Peribadatan Agama
a. Allah, yang seharusnya dibaca /allah/ tetapi dibaca /alloh/ bagi umat Islam dan tetap /allah/ bagi umat Kristen.
b. Amin, yang seharusnya dibaca /amin/ tetapi dibaca /amen/ bagi umat Kristen dan tetap /amin/ bagi umat Islam.
c. Ramadan, yang seharusnya dibaca /ramadan/ tetapi dibaca /romadon/ bagi umat islan atau /ramadan/ bagi orang awam.

Pengucapan-pengucapan tersebut diatas adalah benar dan dibenarkan. Justru akan menjadi "aneh" ketika dipaksakan menggunaan kaidah EYD. Bukankah penggunaan kata-kata tersebut terlahir jauh-jauh hari sebelum EYD disahkan?
Sehingga tidak perlu bingung atau memperdebatkan penggunaan kata-kata yang "nampak keliru" maupun "tidak konsisten" tanpa memahami latar belakang munculnya kata-kata tersebut.

Dan setelah membaca apa itu  "Bahasa Beku", bagi saya sudah sangat jelas alias clear. Karena penggunaan kata-kata tersebut selama ini kadang membingungkan diri saya.
Selamat belajar berbahasa.

Sumber : Gantamitreka dan Shokha. 2016. Kesalahan Berbahasa : Penggunaan EYD. Solo : Genta Smart Publisher
Ditulis oleh: Arsyad R Bahasa dan Sastra Updated at : 7:40 PM

Saturday, October 15, 2016

Puisi Chairil Anwar : Orang Berdua

Orang Berdua

Kamar ini jadi sarang penghabisan
di malam yang hilang batas

Aku dan dia hanya menjengkau
rakit hitam

'Kan terdamparkah
atau terserah
pada putaran pitam?

Matamu ungu membatu.
Masih berdekapkankah kami atau
mengikut bayangan itu?
Ditulis oleh: Arsyad R Bahasa dan Sastra Updated at : 10:13 PM

Friday, October 14, 2016

Puisi Chairil Anwar : Selamat Tinggal

Aku berkaca

Ini muka penuh luka
Siapa punya?

Kudengar seru menderu
..... dalam hatiku? .....
Apa hanya angin lalu?

Lagu lain pula
Menggelepar tengah malam buta

Ah.........................??

Segala menebal, segala mengental
Segala tak kukenal ............................!!
Selamat tinggal .............................!!
Ditulis oleh: Arsyad R Bahasa dan Sastra Updated at : 10:10 PM

Thursday, October 13, 2016

Puisi Chairil Anwar : Hampa

Hampa
                                            kepada Siti
Sepi di luar. Sepi menekan mendesak.
Lurus kaku pohonan. Tak bergerak
Sampai ke puncak. Sepi memagut,
Tak satu kuasa melepas-renggut
Segala menanti. Menanti. Menanti
Sepi
Tambah ini menanti jadi mencekik
Memberat-mencekung punda
Sampai binasa segala. Belum apa-apa
Udara bertuna. Setan bertempik
Ini sepi terus ada. Dan menanti

Ditulis oleh: Arsyad R Bahasa dan Sastra Updated at : 10:07 PM

Wednesday, October 12, 2016

Roman Sastra Indonesia - Aki


Roman sastra Indonesia selanjutkan yang akan dikupas berjudul Aki, sebuah karya Idrus, diterbitkan pertama kali oleh Balai Pustaka tahun 1949.

Tema Cerita 
Kemauan dan semangat hidup yang tinggi bisa membuat seseorang dapat bertahan hidup dan menjalaninya dengan penuh gairah.

Tokoh-tokoh 
1. Aki, seorang lelaki pengidap penyakit TBC
2. Sulasmi, istri Aki yang setia
3. Akbar dan Lastri, anak dari pasangan Aki dan Sulasmi

Ringkasan Cerita
Aki, seorang lelaki umur 29 tahun penderita TBC, memiliki tubuh yang kurus kering dan bongkok serta memiliki wajah yang jauh lebih tua dari usianya. Karena penyakitnya dia sering tidak masuk kantor. Bagi yang tidak mengenalnya mungkin akan mengolok-olok keadaan fisiknya. Kondisi ini berbeda dengan teman-teman kantornya yang begitu menghormati dan menyayanginya. Pekerjaan Aki selalu memuaskan.

Pada suatu ketika, penyakit TBC yang diderita Aki bertambah parah. Nafasnya berhenti. Sulasmi, istri Aki begitu sedihnya. Air mata bercucuran. Namun, tiba-tiba dia melihat Aki membuka matanya dan tersenyum kepadanya. Aki berkata akan meninggal tanggal 16 Agustus tahun mendatang.

Setelah kejadian itu, tubuh Aki segar bugar. Badannya makin gemuk. Rambutnya habis dicukur. Kemudian, Aki mengajaukan permohonan berhenti dari pekerjaannya untuk menyiapkan kematiannya pada bulan Agustus tahun mendatang. Teman-teman sekantornya menganggap Aki telah menjadi gila. Pimpinannya mengamati tingkah laku Aki. Ternyata tidak ada ada yang aneh. Pekerjaan Aki beres semua. Tidak ada kesalahan sama sekali.

Tibalah tanggal 16 Agustus, yang dikabarkan sebagai tanggal kematian Aki. Anak-anak Aki, Akbar dan Lastri tidak masuk sekolah. Seluruh penghuni kantornya juga sibuk luar biasa. Mobil kantor dihiasi bunga-bungaan. Pimpinan kantor sibuk menghapalkan pidato yang akan diucapkan pada penguburan Aki. Salah satu pegawa kantor mengarang sebuah puisi berjudul "Lagu Aki". Seluruh penghuni kantor menyanyikan lagu Aki diiringi orkes "beringin" (catatan saya : ??????). Karena lagu tersebut, pengarang lagu akhirnya di penjara. Di penjara, pengarang lagu itu menggembor-gemborkan dirinya sebagai orang hebat karena hanya orang hebat yang dipenjara karena karangannya.

Aki mengenakan pakaian paling bagus yang dimilikinya untuk menghadapi malaikat maut pada pukul 3 nanti. Anak-anaknya disuruh keluar, istrinya diperintahkan membelakanginya agar ia tidak melihat perjuangan dirinya dalam menghadapi kematiannya.

Sunyi senyap. Pukul tiga lewat dua puluh menit, Sulastri memberanikan diri melihat kondisi suaminya. Sang suami tak bernapas. Tak bergeming, ketika ia memanggil namanya berulang-ulang. Sulasmi menangis meratapi kematian suaminya. Kemudian Sulasmi keluar, dan memberitahukan kematian suaminya.

Orang-orang sibuk. Ada yang menyiapkan kereta jenazahnya ada yang berebutan melihat jenazah Aki. Selang beberapa waktu, orang-orang yang masuk ke kamar Aki berhamburan ke luar. Sulasmi kebingungan. Tidak ada yang menjelaskan apa yang terjadi. Orang-orang yang diluar pun penasaran.

Aki sedang merokok. Aki belum mati. Aki hanya tertidur dan terbangun mendengar keributan di sekitarnya. Aki berkata bahwa ia tidak mau mati sebelum mencapai 60 tahun.

Sejak peristiwa itu, Aki nampak sehat. Kehidupan keluarganya diliputi kebahagiaan. Aki kelihatan jauh lebih muda. Pada usia 42 tahun, dia nampak seperti berusia 29 tahun. Aki bahkan menggantikan posisi pimpinan kantornya yang telah meninggal terlebih dahulu. Dia juga kuliah di Fakultas Hukum bersama orang-orang yang usianya jauh di bawahua. Semangat hidupnnya bangkit kembali. Ia berkata pada istrinya, bahwa ia ingin hidup yang lebih lama lagi sampai usia ratusan tahun.

Sumber : rani, Abdul Supratma dan Sugriati, Endang. 1999. 115 Ikhtisar Roman Sastra Indonesia. Bandung : CV Pustaka Setia




Ditulis oleh: Arsyad R Bahasa dan Sastra Updated at : 4:55 AM

Sunday, October 9, 2016

Roman Sastra Indonesia - Air Mata Seni

Melanjutkan postingan sebelumnya mengenai roman sastra Indonesia, saya ingin menuliskan secara mendalam berbagai karya roman itu sendiri. Tentunya dengan berbagai keterbatasan, karena minimnya referensi yang saya punya, Idealnya sih, dengan cara membaca romannya secara langsung baru membuat review atau ringkasannya.
Akhirnya, sementara saya mengambil dari buku Ikhtisar Roman Sastra Indonesia dulu. Bukan maksudnya melakukan plagiat, tetapi lebih sebagai upaya untuk mengenal roman Indonesia dengan  cepat dan banyak. Tentunya dengan harapan, setelah membaca ringkasan atau ikhtisarnya akan semakin terobsesi (baca : bersemangat tinggi) untuk membaca atau berburu naskah-naskah roman Indonesia tersebut.

Saya awali dari roman pertama yang berjudul Air Mata Seni.
Air Mata Seni merupakan  merupakan salah satu roman sastrawan Balai Pustaka, Rustam Efendi. Sesuai ciri khas roman angkatan Balai Pustaka (angkatan 30), roman ini mengangkat tema dari golongan masyarakat intelek.

Tema Cerita 
Cinta seorang wanita yang akhirnya luntur karena terpengaruh ketampanan dan harta kekayaan.

Tokoh-tokoh 
1. Elina : seorang wanita cantik tamatan HBS.
2. Indra : seorang pelukis Indonesia yang ingin mengangkat seni lukis Indonesia.
3. Darwin : seorang pemuda Belanda tamatan Akademi Menggambar di Eropa yang juga mengikuti lomba melukis. Dia sangat yakin lukisannya yang bergaya modern dapat mengalahkan lukisan Indra

Ringkasan Cerita
Elina, seorang gadis yang berparas cantik, puteri Sutan Pangeran yang menjadi kejaran banyak laki-laki di kampungnya. Tetapi tanpa alasan yang jelas, Elina selalu menolak laki-laki yang menghampirinya.
Hingga pada suatu ketika, Elina yang sedang berjalan sendirian dikejar-kejar kerbau yang mengamuk. Dia ketakutan dan lari sekencang-kencangnya. Di sinilah cerita dimulai.

Indra, seorang pelukis, melihat kejadian tersebut. Tanpa berpikir panjang, Indra menolong gadis itu sehingga lepas dari bahaya. Indra sendiri terluka tangannya. Kemudian, diantar oleh Erlina, Indra ke rumah sakit dan dirawat di sana. Erlina senantiasa menemani dan merawatnya.

Sepulang dari rumah sakit, mereka pulang bersama-sama. Dalam perjalanan pulang, Elina tergelincir dan hampii jatuh. Indra kembali menolong gadis tersebut. Keduanya semakin akrab.

Hampir tiap hari Elina datang ke rumah Indra. Bahkan Elina menjadi model lukisan Indra. Lukisan tersebut nantinya akan dilombakan di Jakarta.

Pada suatu malam Indra mengajak Elina menonton film di kota mereka. Keduanya mampir di sebuah restoran. Di tengah suasana romantis, dengan diiringi musik yang sangat lembut tiba-tiba ada seseorang yang menghampiri mereka. Darwin, pemuda Belanda, mengajak Elina untuk berdansa. Elina terpesona oleh ketampanan Darwin dan akhirnya memenuhi keinginan Darwin untuk  berdansa bersamanya. Indra ditinggalkan. Indra sakit hati. Marah. Menyesali diri. Cemburu. Tetapi Indra tidak dapat berbuat apa-apa. Indra akhirnya meninggalkan tempat itu. Meninggalkan Elina dan Darwin.

Sejak kejadian itu, hubungan antara Indra dan Elina makin renggang. Elina semakin jarang mengunjungi rumah Indra. Sebaliknya hubungan Elina dengan Darwin semakin dekat. Indra semakin marah. Dibakar cemburu. Dia ingin merobek lukisan Elina yang akan dilombakan di Jakarta. Tetapi, Indra mengurungkan niatnya karena sayembara melukis sudah semakin dekat.

Pada suatu hari, Elina datang ke rumah Indra untuk berpamitan. Elina hendak pergi ke Jakarta selama seminggu bersama Darwin. Akhirnya pergilah Elina ke Jakarta.
Di Jakarta, Erlina makin terbuai oleh kehidupan yang berbau barat. Gaya hidup baru, kemewahan yang ditawarkan Darwin semakin membuat Erlina makin terbuai. Hingga akhirnya, Darwin meminta Erlina untuk menjadi model lukisannya. Ia menyetujui bujukan Darwin. Bahkan bujukan akan menjadi istrinya kalau lukisan Darwin bisa memenangi sayembara lomba melukis nantinya. Namun, jika Indra yang memenangi sayembara tersebut maka Elina akan dikembalikan ke Indra.

Pengumuman hasil sayembara tiba. Ternyata Indra yang memenangin sayembara tersebut. Dengan berat hati Darwin menyerahkan Elina kepada Indra. Tetapi kenyataan berkata lain. Indra tidak mau menerima Elina. Indra meragukan kesucian Elina yang sudah terlalu lama dalam pergaulan bersama Darwin. Elina berusaha meyakinkan Indra kalau dirinya masih suci. Tetapi, Indra tetap tidak mau menerimanya.

Indra tidak mau melihat atau menemui Elina lagi. Bahkan, ketika Elina datang mengunjungi rumahnya. Elina diusir. Malang tak dapat ditolak, sepulang dari rumah Indra, Elina tertabrak mobil. Melihat kejadian tersebut, Indra menolong Elina dan membawanya ke rumah sakit. Elina makin kritis dan diakhir hidupnya, Elina berpesan kepada salah satu perawat bahwa ia sangat berharap Indra mau mengakui kesucian dan tetap tabah ditinggalkan dirinya.

Erlina meninggal. Indra terpukul. Dalam penyesalannya yang mendalam, Indra akhirnya memutuskan mengembara tanpa tujuan. Hartanya diserahkan kepada teman-teman seprofesinya.

Indra sangat menyesali kebodohan dan keangkuan sikapnya terhadap Elina. Tetapi sudah tidak ada gunanya lagi. Pergi sejauh-jauhnya. Mengembara entah ke mana.

Demikian ulasan atau ikhtisar tentang roman karya Air Mata Seni karya Rustam Efendi. Semoga bermanfaat dan menginspirasi.
Salam sastra Indonesia

Ditulis oleh: Arsyad R Bahasa dan Sastra Updated at : 3:47 AM

Wednesday, August 17, 2016

BUAT MEMERDEKAKAN APA?

Pekik merdeka di mana-mana
Puluhan..ribuan..ratusan..jutaan rakyat Indonesia
Berteriak "MERDEKA"
Musuh telah ditendang
Kesewenang-wenangan berakhir sudah
Soekarno - Hatta Sang Pahlawan

Hemmm....
Itu dulu kawan...
Kembali bangsa Indonesia berjuang...
Menuntaskan sisa-sisa penjajah...penjahat perang...penghianat bangsa
Tuntas...tuntas....meski tak pernah terjadi

Tahun-demi tahun...
Masih banyak nyawa yang dikorbankan
Masih banyak kepentingan yang dikedepankan
Masih banyak kesejahteraan rakyat diabaikan
Kue pembangunan hanya buat sebagian...

Kebohongan...kesewenang-wenangan tiada henti
Kongkalikong...memperkaya diri
Yang Kaya Makin Kaya kata Bang Rhoma

Kemerdekaan buat siapa?
Buat memerdekakan apa?

Buat rakyat yang setia
Buat siapapun yang tanpa pamrih
Buat yang selalu membela negeri ini
Buat orang-orang yang selalu diam diri
Buat orang-orang yang masih terjajah
Buat orang-orang yang terasa terjajah
Buat orang-orang yang selalu memberi buat negeri inti

Bukan buat orang yang tak tahu diri
Bukan buat orang yang memperkaya diri
Bukan buat orang yang selalu iri hati
Bukan buat orang yang mengeruk negeri ini
Bukan buat peminta-minta uang rakyat

Bukan juga buat saya
Karena sudah merdeka sejak dilahirkan
Merdeka untuk  memerdekakan

Purbalingga, 17 Agustus 2016
Ditulis oleh: Arsyad R Bahasa dan Sastra Updated at : 6:19 AM

Thursday, August 4, 2016

Belajar Bahasa Melalui Ekstrakurikuler

Belajar bahasa melalui ekstrakurikuler bukanlah gagasan yang baru. Banyak sekali kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, dari ekstra kurikuler jurnalistik, cipta puisi, cipta cerpen, orasi, sampai sekedar menghidupkan majalah dinding (mading) sekolah, buletin bahkan majalah sekolah.

Tetapi memang kalau di sekolah yang saya tempati, kegiatan-kegiatan tersebut lama menghilang. Bukan saja bentuk ekstrakurikulernya tetapi juga produk yang dihasilkan. Kalau biasanya mading ganti setidaknya sebulan sekali, sekarang bisa 3 bulan, 6 bulan bahkan setahun sekali.
mading sekolah
Mading sekolah

Di samping adalah contoh mading yang diterbitkan sekitar tahun 2011. Judulnya cukup mantap "Pencerah" - Ajang Kreatifitas Siswa. Lupa juga kenapa dinamakan Pencerah, apakah ada kaitannya dengan Film Sang Pencerah ya?

Salah satu efek lain dari menghilangnya ekstra tentang bahasa, juga semakin sedikitnya lomba-lomba tentang tulis menulis. Ketika dulu, ada berbagai lomba tulis menulis terkait dengan tema tertentu. Misalnya saat menyongsong Hardiknas dilaksanakan lomba menulis dengan tema Pendidikan, demikian juga kalau ada kegiatan Pesantren Kilat ada lomba pidato keagamaan, membuat cerita Islami, review film Islami dan selanjutnya.

Dengan adanya ekstrakurikuler ini, juga membantu guru bahasa dalam menguatkan kemampuan berbahasa anak-anak didiknya. Yang jelas, namanya ekstrakurikuler tidak terlalu banyak teori. Tetapi cukup teori praktis plus banyak praktek. Dan yang tidak kalah penting ada produk yang bisa dilihat (baca juga : dipamerkan), seperti mading atau buletin.

Kalau dipikir-pikir, sayang juga khan. Ketika pelajaran Bahasa Indonesia, banyak tugas membuat cerpen, puisi, artikel, serta tulisan-tulisan lain tetapi tugas-tugas tersebut hanya menumpuk. Membusuk....jadi sampah tiada guna (lebay ya) dan lain-lain. Mending kan, kerja sama dengan jurnalistik untuk menerbitkan tulisan-tulisan tersebut. Bahkan tidak menutup kemungkinan, naskah-naskah siswa dikumpulkan, dibuat beberapa kategori sampai akhirnya dibukukan. Jadilah buku kumpulan karya-karya siswa.

Entahlah...yang penting sekarang, bagaimana agar ekstrakurikuler yang nyaris "tertidur" di sekolah saya bisa aktif kembali. Dan mulai dicoba mulai sekarang.

Ditulis oleh: Arsyad R Bahasa dan Sastra Updated at : 10:50 AM

Tuesday, March 8, 2016

115 Ikhtisar Roman Sastra Indonesia

115 Ikhtisar Roman Sastra Indonesia boleh jadi merupakan salah satu buku yang bisa membantu pembacanya untuk memahami inti cerita dari karya berbagai sastrawan Indonesia. Jadi tidak ada alasan bagi generasi sekarang untuk tidak mengenal karya-karya sastra Indonesia dari waktu ke waktu.
Buku ini bagi saya menjadi salah satu sumber ringkasan karya sastra Indonesia setelah sebelumnya mendapatkan Buku dan Pengarang yang ditulis oleh Yus Badudu.

Buku 115 Ikhtisar Roman Sastra Indonesia yang ditulis oleh Drs. Supratman dan Endang Sugriati ini bertujuan untuk melestarikan dan memajukan kesusatraan Indonesia. Penulis menyadari benar bahwa roman maupun novel Indonesia sangat terbatas penerbitannya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti rendahnya minat baca, rendahnya daya beli, rendahnya minat dan apresiasi terhadap buku-buku sastra serta sulitnya menemukan roman dan novel lama.

Pada buku ini dibahas 115 roman Indonesia mulai angkatan Balai Pustaka, Angkatan Pujangga Baru, Angkatan'45 dan Angkatan 66. Dalam tiap pembahasannya, disajikan pengantar, tema cerita, setting cerita, tokoh-tokoh cerita serta ringkasan ceritanya.

Misal Aki
Aki merupakan buah karya Idrus yang diterbitkan pertama kali oleh Balai Pustaka pada tahun 1949. Idrus dikenal sebagai pengarang yang suka melontarkan cemoohan an ejekan halus, tetapi selalu tepat mengenai sasarannya.
Tema Cerita : Semangat hidup dan kemauan hidup yang tinggi mampu membuat hidup seseorang lebih lama dan lebih bergairah dalam menghadapi hari-hari selanjutnya.
Setting Cerita : Jakarta
Tokoh-tokoh :
1. Aki, seorang lelaki pengidap penyakit TBC
2. Sulasimi, istri Aki yang setia
3. Akbar dan Lastri, anak pasangan Aki-Sulasman

Ke-115 karya sastra yang dibahas dalam buku ini adalah :

  1. Air Mata Seni, Rustam Efendi
  2. Aki, Idrus
  3. Anak dan Kemenakan, Marah Rusli
  4. Anak Perawan di Sarang Penyamun, S. takdir Alisyahbana
  5. Anak tanah Air, Ajib Rosidi
  6. Andang Teruna, Sutomo Djauhar Arifin
  7. Asmara Jaya, Adinegoro
  8. Atheis, Achdiat Kartamihardja
  9. Azab dan Sengsara, Merari Siregar
  10. Bako, Darman
  11. Belenggu, Armijn Pane
  12. Bila Malam Bertambah Malam, Putu Wijaya
  13. Bukan Rumahku, Titis Basino P.I
  14. Burung-Burung Manyar, Y.B Mangunwijaya
  15. Canting, Arswendo Atmowiloto
  16. Cindur Mata, Aman Dt. Majoindo
  17. Cinta dan Kewajiban, L. Wairata
  18. Cinta Tanah Air, Nur Sutan Iskandar
  19. Citra, Usmar Ismail
  20. Dan Perang Pun Usai, Ismail Marahimin
  21. Darah Muda, Adinegoro
  22. Dari Hari ke Hari, Mahbub Djunaedi
  23. Dendang, Darman Moenir
  24. Di Bawah Lindungan Kabah, Hamka
  25. Di Kaki Bukit Cibalak, Ahmad Tohari
  26. Dian yang Tak Kunjung Padam, S. Takdir Alisyahbana
  27. Dijemput Mamaknya, Hamka
  28. Dosa Kita Semua, Motinggo Busye
  29. Dr. Haslinda, Rivai Marlaut
  30. Gairah untuk Hidup dan untuk Mati, Nasjah Jasmin
  31. Getaran-Getaran, Haryati Subadio
  32. Harimau-Harimau, Muchtar Lubis
  33. Hilanglah si Anak Hilang, Nasjah Jasmin
  34. Hulubalang Raja, Nur Sutan Iskandar
  35. I Swasta Setahun di Bedahulu, A.A Panji Tisna
  36. Ibu, Tahi Simbolon
  37. Ibu Kita Raminten, Muhammad Ali
  38. dst
Masih banyak judul lain yang belum dituliskan. Besok lagi ya.....


Ditulis oleh: Arsyad R Bahasa dan Sastra Updated at : 11:01 PM

Monday, March 7, 2016

Buku dan Pengarang

Buku dan PengarangBuku dan Pengarang yang ditulis oleh Yus Badudu ini diterbitkan pertama kali tahun 1973 dan hingga tahun 1990 telah mengalami cetak ulang hingga belasan kali. Meski demikian, saya baru memilikinya baru beberapa waktu lalu di sebuah toko di Purwokerto. Buku dan Pengarang yang kudapat ini tertulis cetakan pertama setelah revisi, Maret 2008 diterbitkan oleh Khazanah Bahari Bandung. Tidak rugi pokoknya membaca dan memiliki buku ini. Jadi bisa mengingat berbagai karya sastra yang dulu pernah saya baca sekaligus juga bisa membayangkan isi karya sasta lain yang memang belum sempat saya baca. 
Dari Buku dan Pengarang yang ditulis oleh Yus Badudu ini kita bisa mengambil inti sari dari berbagai karya sastra di Indonesia. Termasuk di dalamnya latar belakang sosiologis dan psikologis suatu peristiwa. Alur cerita, gaya bercerita, gaya bahasa dan banyak hal dari berbagai latar belakangnya. Apalagi kalau kita tidak bisa membaca langsung, tentunya buku ini sangat membantu untuk mengenal karya-karya besar sastrawan Indonesia.

Tentunya, agar lebih puas dan lebih lengkap pengetahuan kita terhadap karya-karya sastra Indonesia, alangkah baiknya untuk membaca sendiri karya-karya tersebut. Sudah mulai gampang kok menemukan karya-karya sastra yang dicetak ulang dengan kualitas cetakan yang jauh lebih baik ketimbang cetakan yang dahulu.

Ada lima belas karya sastra yang dikupas dalam Buku dan Pengarang karya Yus Badudu ini.
  1. Siti Nurbaya - Marah Rusli, 1922
  2. Salah Asuhan - Abdul Muis, 1928
  3. Kasih Tak Terlarai - Suman Hasibuan, 1931
  4. Kalau Tak Untung - Selasih, 1933
  5. Katak Hendak Jadi Lembu - Nur St Iskandar, 1953
  6. Kehilangan Mestika - Hamidah, 1953
  7. Layar Terkembang - Sutan Takdir Alisyahbana, 1936
  8. I Swasti Setahun di Bedahulu - I Gusti Nyoman Panji Tisna, 1938
  9. Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck - Hamka, 1938
  10. Belenggu - Armijn Pane, 1940
  11. Sedih dan Gembira - Usmar Ismail, 1948
  12. Atheis - Achdiat Kartamiharja, 1949
  13. Mekar Karena Memar - Alex L. Tobing, 1959
  14. Hati yang Damai - Nh. Dini, 1960
  15. Pagar Kawat Berduri - Trisnoyuwono, 1961
Membaca Buku dan Pengarang ini menjadi motivasi tersendiri untuk menuliskan ringkasan atau ulasan berbagai karya sastra di Indonesia. Bisa dengan berburu karya-karyanya secara langsung ataupun setidaknya lewat berbagai sumber lain. Termasuk dari buku ini dan juga berbagai ensiklopedi sastra Indonesia.




Ditulis oleh: Arsyad R Bahasa dan Sastra Updated at : 11:15 PM

Thursday, March 3, 2016

Lebih Dekat dengan Arswendo Atmowiloto

Arswendo AtmowilotoArswendo Atmowiloto. Siapa sih yang belum mengenalnya setidaknya pernah mendengar namanya. jangan mengaku pecinta sastra Indonesia kalau tidak pernah mendengar nama beliau. Atau ada yang mengaku hobby membaca buku cerita atau baca novel, tapi kok belum pernah dengar nama Arswendo. Wah tak dapat dipercaya.

Arswendo Atmowiloto adalah salah satu pengarang yang serba bisa. Cerita yang dibuatnya sangat beragam. Humoris. Fantastis. Spekulatif. Sensasional. Pada saat ditahan, beliau juga menulis novel yang berjudul Surkumur, Mudukur dan Plekenyun (1995).

Penghargaan yang pernah didapat
Tahun 1972 mendapatkan Hadiah Zakse untuk esainya yang berjudul "Buyung Hok dalam Kreativitas Kompromi"
Tahun 1972 dan Tahun 1973 mendapat Hadiah Harapan dan Hadiah Perangsang Minat Menulis Sandiwara DKJ dengan dramanya yang berjudul "Penantang Tuhan" dan "Bayiku yang Pertama".
Tahun 1975 mendapat hadiah harapan juga pada lomba serupa melalui dramanya yang berjudul "Sang Pangeran" dan "Sang Pemahat".
Tahun 1981, tahun 1985 dan tahun 1987 mendapat hadiah Yayasan Buku Utama Departemen P & K melalui karyanya Dua Ibu (1981), Keluarga Bahagia (1985) dan Mendoblang (1987).
Tahun 1982 mendapat Hadiah Sastra Asean.

Karya-karya lain
Cerita Anak : Ito (1973) dan Lawan jadi Kawan (1973)

Novel : Bayang-bayang Baur (1976), Semesta Merapi Merbabu (1977), The Circus (1977), 2 x Cinta (1978), Saat-saat (1981), Pelajaran Pertama Calon Ayah (1981), Dua Ibu (1981), Airlangga (1985), Senopati Pamungkas (1986), Canting (1986), Pengkhianatan G 30S/PKI (1986), Abal-abal (1994), Projo dan Brojo (1994) dan Kisah-kisah Para Ratib (1996).

Drama anak-anak : Sang Pemahat (1976)
Kumpulan cerpen : Surat untuk Sampul Putih (1979), Senja yang Paling Tidak Menarik (2001)
Kumpulan Esai : Telaah tentang Televisi (1986)

Buku lain : Mengarang Itu Gampang (1982).

Kalau di perpustakaan sekolah sendiri ada Serial Detektif Cilik Imung : Pembajakan Pesawat Terbang (Buku 1), Matinya Raja Batik (Buku 2), Operasi Lintah (Buku 3).

Pokoknya asyik deh membaca buku-buku karangan Arswendo. Mau berburu buku-bukunya...yuuukk

Ditulis oleh: Arsyad R Bahasa dan Sastra Updated at : 5:08 PM

Wednesday, March 2, 2016

Ketika Kesantunan Harus Bicara

Ketika kesantunan harus bicara di antara kekasaran-kekasaran di sekitar kita...
Bertemu sahabat yang tidak mau mengalah...
Bertemu orang tua yang selalu merasa benar...
Bertemu anak muda yang tidak mau melihat sisi lain...

Ketika kita harus menjadi orang tua...
anak-anak menjadi ujian...
manakala anak-anak kita berkata kasar...
manakala anak-anak kita bicara jauh-jauh dari kesopanan...
manakala anak-anak kita bertengkar dengan temannya...
atau bertengkar dengan anak kita yang lain...
Manakalah keringat masih bercucuran...lelah seharian mencari nafkah...
Di rumah disambut dengan anak-anak yang ramai dengan dunianya...
anak-anak yang kehilangan kesantunan tanpa alasan...atau juga karena mencari perhatian

Apakah diri kita malah membara...
Membiarkan kemarahan menguasai diri kita...
Sedikit senyuman...memahami anak-anak apa apa adanya...
Membantu kita agar tetap menjaga kesantunan...




Ditulis oleh: Arsyad R Bahasa dan Sastra Updated at : 7:29 PM

Berbagai Karya Sastra Indonesia

Berbagai karya sastra Indonesia makin lama makin pudar. Seingat dulu ketika masih SMA, guru Bahasa Indonesia saya masih membacakan atau setidaknya masih mengulas karya-karya seperti "Ziarah" karya Iwan Simaputang, "Pada Sebuah Kapal" karya NH. Dini. Ya..itu pada tahun di antara tahun 1993 - 1996.
Meski belum banyak karya-karya sastra Indonesia yang belum saya baca. Kalau saya ingat-ingat apa ya..
1. Atheis karya Achdiat Kartamihardja
2. Burung-Burung Manyar karya Y.B Mangunwijaya
3. Canting karya Arswendo Atmowiloto
4. Cinta dan Kewajiban karya L. Wairata
5. Di Bawah Lindungan Kabah karya Hamka
6. Di Kaki Bukit Cibalak karya Ahmad Tohari
7. I Swasta Setahun di Bedahuku karya A.A. Panji Tisna
8. Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisyahbana
9. Mekar Karena Memar karya Alex L. Tobing
10. Pada Sebuah Kapal karya N. H Dini
11. Robert Anak Surapati karya Abdul Muis
12. Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari
13. Salah Asuhan karya Abdul Muis
14. Sengsara Membawa Nikmat karya Tulis Sutan Sati
15. Si Jamin dan Si Johan karya Merari Siregar
16. Siti Nurbaya karya Marah Rusli
Ya...tentunya masih banyak karya-karya sastra Indonesia lain yang belum sempat saya baca. Ya novel-novel klasik yang tak bakal tergantikan oleh novel-novel yang ada sekarang.
Meskipun bukan berarti, novel-novel baru tidak dibaca. Sayang banget kan melewatkan karya-karya Andrea Hirata kayak Laskar Pelangi atau karya Langit Kresna Hariadi dengan "Gajah Mada"-nya.
Membaca karya-karya Langit Kresna Hariadi tak ubahnya seperti mendengarkan sandiwara radio. Ya..beliau kan penulis naskah radio zaman dulu kala...

Kalau diingat-ingat dulu banyak sekali sandiwara radio yang mengharu biru seperti Saur Sepuh, Tutur Tinular, Sabda Pandita Ratu, Babad Tanah Leluhur, Misteri Gunung Merapi, Putri Cadar Biru, dan lain-lain.

Kangen ya..dengan karya-karya seperti itu...Ya semoga dengan perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat...begitu banyaknya buku..karya-karya best seller terbaru..tidak akan membuat karya-karya Indonesia klasik tersebut terkubur oleh zaman.







Ditulis oleh: Arsyad R Bahasa dan Sastra Updated at : 1:24 AM

Friday, January 8, 2016

Mie Ayam Lagi..Mie Ayam Lagi (bagian 1)

Hampir sebulan ini ada masalah pada diriku. Tak merasa nyaman, Makan tak enak..tidur pun tak nyenyak. Dan sialnya lagi...mie ayam yang selama ini menjadi makanan favorit pun hilang kelezatannya.
Aku inget..malam hari beli mie ayam 1 porsi..ya tidak habis...mual-mual. Setelah itu..mbayangin makan mie ayam pun gak selera. Beberapa hari kemudian saya paksa makan mie ayam...kok jadi hambar ya? Mengapa? Dan yang jelas bukan masalah pada mie ayamnya...

Hari berganti hari...benar-benar ndak mau makan mie ayam. Akhirnya beralih ke soto atau ke bakso. Lumayan juga..bisa mengurangi rasa lapar jika gak selera makan nasi.

Aku inget...waktu itu menginap di sekolah. Paginya gak makan. Adanya mie instan...ya senasib dengan mie ayam..Makan mie instan pun ndak selera, Bikin mual. Lanjut ya ceritanya...
Dari pagi ndak makan..siang sekitar jam setengah sebelas pulang. Di tengah perjalanan memaksakan diri makan mie ayam di warung depan pom bensin. Paksain saja...jaga-jaga biar tidak mual..aku juga pesan es jeruk. Biar seger..sekaligus untuk membantu menelan seandainya mie ayam yang kumakan tidak mau masuk ke perut. Intinya hari itu aku harus makan..karena mau melakukan perjalanan jauh ke luar kota..mudik maksudnya.

Apa yang terjadi...tanpa disertai kupat..mie ayam tersebut sudah bikin perut terasa sangat penuh. Jauh-jauh dari kebiasaan..

Apa boleh buat..memang kayaknya harus meninggalkan makan mie ayam dulu...lebih variasi sih akhirnya. Kadang soto...bakso..bubur kacang ijo (di dekat pasar)...sate ayam..sate kambing dan apa saja yang penting gak terlalu bikin aku kenyang...
Ya..kalau dirasakan masalahnya mungkin bukan di mie ayamnya...tapi perut ini yang menolak makan yang bikin kenyang.

------------------bersambung dulu ya...kisah mie ayamnya lewat dulu..
Nanti dilanjut...bisakah kembali ke selera awal..makan mie ayam lagi. Penuh lika-liku pokonknya
Ditulis oleh: Arsyad R Bahasa dan Sastra Updated at : 1:50 PM
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...