Sunday, October 9, 2016

Roman Sastra Indonesia - Air Mata Seni

Melanjutkan postingan sebelumnya mengenai roman sastra Indonesia, saya ingin menuliskan secara mendalam berbagai karya roman itu sendiri. Tentunya dengan berbagai keterbatasan, karena minimnya referensi yang saya punya, Idealnya sih, dengan cara membaca romannya secara langsung baru membuat review atau ringkasannya.
Akhirnya, sementara saya mengambil dari buku Ikhtisar Roman Sastra Indonesia dulu. Bukan maksudnya melakukan plagiat, tetapi lebih sebagai upaya untuk mengenal roman Indonesia dengan  cepat dan banyak. Tentunya dengan harapan, setelah membaca ringkasan atau ikhtisarnya akan semakin terobsesi (baca : bersemangat tinggi) untuk membaca atau berburu naskah-naskah roman Indonesia tersebut.

Saya awali dari roman pertama yang berjudul Air Mata Seni.
Air Mata Seni merupakan  merupakan salah satu roman sastrawan Balai Pustaka, Rustam Efendi. Sesuai ciri khas roman angkatan Balai Pustaka (angkatan 30), roman ini mengangkat tema dari golongan masyarakat intelek.

Tema Cerita 
Cinta seorang wanita yang akhirnya luntur karena terpengaruh ketampanan dan harta kekayaan.

Tokoh-tokoh 
1. Elina : seorang wanita cantik tamatan HBS.
2. Indra : seorang pelukis Indonesia yang ingin mengangkat seni lukis Indonesia.
3. Darwin : seorang pemuda Belanda tamatan Akademi Menggambar di Eropa yang juga mengikuti lomba melukis. Dia sangat yakin lukisannya yang bergaya modern dapat mengalahkan lukisan Indra

Ringkasan Cerita
Elina, seorang gadis yang berparas cantik, puteri Sutan Pangeran yang menjadi kejaran banyak laki-laki di kampungnya. Tetapi tanpa alasan yang jelas, Elina selalu menolak laki-laki yang menghampirinya.
Hingga pada suatu ketika, Elina yang sedang berjalan sendirian dikejar-kejar kerbau yang mengamuk. Dia ketakutan dan lari sekencang-kencangnya. Di sinilah cerita dimulai.

Indra, seorang pelukis, melihat kejadian tersebut. Tanpa berpikir panjang, Indra menolong gadis itu sehingga lepas dari bahaya. Indra sendiri terluka tangannya. Kemudian, diantar oleh Erlina, Indra ke rumah sakit dan dirawat di sana. Erlina senantiasa menemani dan merawatnya.

Sepulang dari rumah sakit, mereka pulang bersama-sama. Dalam perjalanan pulang, Elina tergelincir dan hampii jatuh. Indra kembali menolong gadis tersebut. Keduanya semakin akrab.

Hampir tiap hari Elina datang ke rumah Indra. Bahkan Elina menjadi model lukisan Indra. Lukisan tersebut nantinya akan dilombakan di Jakarta.

Pada suatu malam Indra mengajak Elina menonton film di kota mereka. Keduanya mampir di sebuah restoran. Di tengah suasana romantis, dengan diiringi musik yang sangat lembut tiba-tiba ada seseorang yang menghampiri mereka. Darwin, pemuda Belanda, mengajak Elina untuk berdansa. Elina terpesona oleh ketampanan Darwin dan akhirnya memenuhi keinginan Darwin untuk  berdansa bersamanya. Indra ditinggalkan. Indra sakit hati. Marah. Menyesali diri. Cemburu. Tetapi Indra tidak dapat berbuat apa-apa. Indra akhirnya meninggalkan tempat itu. Meninggalkan Elina dan Darwin.

Sejak kejadian itu, hubungan antara Indra dan Elina makin renggang. Elina semakin jarang mengunjungi rumah Indra. Sebaliknya hubungan Elina dengan Darwin semakin dekat. Indra semakin marah. Dibakar cemburu. Dia ingin merobek lukisan Elina yang akan dilombakan di Jakarta. Tetapi, Indra mengurungkan niatnya karena sayembara melukis sudah semakin dekat.

Pada suatu hari, Elina datang ke rumah Indra untuk berpamitan. Elina hendak pergi ke Jakarta selama seminggu bersama Darwin. Akhirnya pergilah Elina ke Jakarta.
Di Jakarta, Erlina makin terbuai oleh kehidupan yang berbau barat. Gaya hidup baru, kemewahan yang ditawarkan Darwin semakin membuat Erlina makin terbuai. Hingga akhirnya, Darwin meminta Erlina untuk menjadi model lukisannya. Ia menyetujui bujukan Darwin. Bahkan bujukan akan menjadi istrinya kalau lukisan Darwin bisa memenangi sayembara lomba melukis nantinya. Namun, jika Indra yang memenangi sayembara tersebut maka Elina akan dikembalikan ke Indra.

Pengumuman hasil sayembara tiba. Ternyata Indra yang memenangin sayembara tersebut. Dengan berat hati Darwin menyerahkan Elina kepada Indra. Tetapi kenyataan berkata lain. Indra tidak mau menerima Elina. Indra meragukan kesucian Elina yang sudah terlalu lama dalam pergaulan bersama Darwin. Elina berusaha meyakinkan Indra kalau dirinya masih suci. Tetapi, Indra tetap tidak mau menerimanya.

Indra tidak mau melihat atau menemui Elina lagi. Bahkan, ketika Elina datang mengunjungi rumahnya. Elina diusir. Malang tak dapat ditolak, sepulang dari rumah Indra, Elina tertabrak mobil. Melihat kejadian tersebut, Indra menolong Elina dan membawanya ke rumah sakit. Elina makin kritis dan diakhir hidupnya, Elina berpesan kepada salah satu perawat bahwa ia sangat berharap Indra mau mengakui kesucian dan tetap tabah ditinggalkan dirinya.

Erlina meninggal. Indra terpukul. Dalam penyesalannya yang mendalam, Indra akhirnya memutuskan mengembara tanpa tujuan. Hartanya diserahkan kepada teman-teman seprofesinya.

Indra sangat menyesali kebodohan dan keangkuan sikapnya terhadap Elina. Tetapi sudah tidak ada gunanya lagi. Pergi sejauh-jauhnya. Mengembara entah ke mana.

Demikian ulasan atau ikhtisar tentang roman karya Air Mata Seni karya Rustam Efendi. Semoga bermanfaat dan menginspirasi.
Salam sastra Indonesia

Ditulis oleh: Arsyad R Bahasa dan Sastra Updated at : 3:47 AM

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...