Saturday, December 7, 2013

REVIEW FILM "SAPU TANGAN FANG YIN"


Panggil saja dia Fang Yin. Hamparan rumput harum artinya. Fang Yin, yang setiap malam menangis. Trauma. Selalu teringat peristiwa pahit yang menimpanya. Ditemani sapu tangan pemberian kekasihnya, Albert Kho, Fang Ying hidup dalam bayang-bayang masa lalunya.




Tiga belas tahun lalu, Fang Yin, bermimpi untuk menampung anak-anak tidak mampu agar bisa belajar. Bersama kekasihnya, Fang Yin berjuang untuk mencapai mimpi-mimpinya.





Namun, kenyataan berkata lain. Kerusuhan Mei 1998 mengubah kehidupannya. Hari ini tidak ada hukum. Huru-hara di mana-mana. Gerakan anti Cina.Massa memasuki rumah-rumah warga keturunan. Menyeret para penghuni, menghajar para pria dan menganiaya para wanita. Termasuk Fang Yin yang menjadi korban. Keperawanannya terenggut.



Banyak warga keturunan Tionghoa yang bernasib seperti Fang Yin. Tercatatat 78 warga keturunan yang mengalami perkosaan dan 85 orang mengalami kekerasan seksual.lainnya. Trauma mendalam. Seorang guru spiritual mencoba membantunya. Katanya dengan tenang, ““Keikhlasan akan mengalahkan kemalangan. Keyakinan akan mengalahkan derita”.


Ribuan keturunan Tionghoa meninggalkan Indonesia. Termasuk Fang Yin yang berpindah ke Amerika. Minggu-minggu pertama di Amerika , Fang Yin belum tersadar apa yang sebenarnya terjadi. Jiwa dan raganya lemah.


Raisa, psikolog mencoba membantunya. Tidak mudah bagi Fang Yin untuk kembali seperti dulu. Senyumannya lenyap. Seorang Fang Ying yang ceria, tidak mudah putus asa kini telah berubah.






Fang Yin, yang merindukan Albert. Fang Yin yang membutuhkan kehadiran Albert. Tetapi keinginannya sia-sia. Entah kemana Albert berada. Hanya sapu tangan pemberian Albert yang selalu menemaninya.





Fang Yin, yang selalu ketakutan ketika ada segerombolan orang. Ketika tidur, terasa mereka mendatanginya. Trauma masih menghantui. Beberapa kali Fang Yin mencoba bunuh diri. Tetapi dengan bantuan Raisa, Fang Yin beranjak sembuh.






Fang Yin akhirnya memutuskan kuliah lagi. Banyak laki-laki yang mendekatinya, tetapi Fang Yin selalu menolaknya. Meski jiwanya mulai pulih, bayang-bayang Albert Kho tidak bisa hilang begitu saja.
 


Tiga belas tahun berlalu. Indonesia kembali stabil. Ayah Fang Yin pun kembali ke Indonesia. “Fang Yin, kau anak Indonesia sejati”, begitu nasehat ayah Fang Yin. Tetapi Fang Yin bersikeras. Dia benci INDONESIA.



Lama-kelamaan, kemarahan Fang Yin mulai reda. Mimpi-mimpi yang terkubur. Dia ingin berguna bagi sesamanya. Sapu tangan, saksi satu-satunya, trauma masa lalu. Tentang Albert Kho yang telah menjadi milik orang lain. Kemarahan pada Indonesia dan kesakitan akan masa silam. Tentang dirinya yang lama. TERBAKAR.




Fang Yin lahir kembali. Indonesia masuk kembali ke dalam kalbunya. Negeri ini menjadi cermin dirinya untuk terus berubah. Indonesia harus bisa menang melawan masa lalu. Seperti dirinya. INDONESIA BARU.
Ditulis oleh: Arsyad R Bahasa dan Sastra Updated at : 9:14 PM

Sunday, July 21, 2013

Belajar dari Buku Mengikat Makna Update - Hernowo

Mengikat Makna Update - Hernowo
Alhamdulillah, akhirnya berkesempatan membaca karya-karya Hernowo lagi.
Teringat beberapa tahun yang lalu, kalau membaca judul buku-buku karangan Hernowo, terasa aneh dan menimbulkan pertanyaan. Misalnya, buku yang berjudul Mengikat Makna, Andaikan Buku Itu sepotong Pizza, edisi Bu Slim dan Pak Bil dan lain-lain.

Dan satu hal yang membuat saya tercengang-cengang, ternyata karya Hernowo sangat banyak. Tercatat di usianya yang ke-52 pada tahun 2009, buku berjudul Mengikat Makna Update : Membaca dan Menulis yang Memberdayakan, merupakan bukunya yang ke-35. Di cover depan, tertulis Hernowo Penulis 24 Buku dalam 4 Tahun dan Pencetak Buku-Buku Best Seller. Wow! Bisa jungkir balik diriku, jika bisa seperti itu. Berarti rata-rata 1 bulan beliau menyelesaikan 1 buku.

Melihat cover bagian depan saya pun sudah tertarik untuk harus membaca sampai tuntas dan jangan lupa "untuk mengikat maknanya", satu hal yang ternyata saya baru "ngeh".
Mengikat Makna Update : Membaca dan Menulis yang Memberdayakan
- Meringankan Anda dalam Membaca-Menulis
- Menghadirkan Pelbagai Manfaat Membaca-Menulis
- Mengatasi Pelbagai Problem Membaca-Menulis
- Meningkatkan Rasa Percaya Diri Menulis
- Memotivasi Anda dalam Memperbaiki Diri

Membaca buku ini, terasa menohok diri saya sendiri, karena ada satu pertanyaan yang terjawab melalu buku ini. Bahwa ada kejenuhan pada diri saya, ketika membaca banyak buku tetapi begitu saja hilang. Banyak membaca novel, tetapi rasa itu pun sekarang hilang begitu saja.

Penulis-penulis yang masih "nyantol" pada diri saya, tinggal beberapa seperti Stephen R. Covey, Ciptadinata, Bobbi DePorter, Adi W. Gunawan, terus siapa lagi yach...Hilang ingatan kayaknya.
Untuk penulis novel, dulu saya tergila-gila dengan Marga T, terus ada Enid Bylton (dengan bukunya Lima Sekawan dan Sapta Siaga), Alfred Hitchcock (dengan Trio Detektifnya). Demikian juga untuk cersil, saya maniak sekali dengan karyanya Asmaraman S. Koping Ho, S.H Mintardja (dengan Api di Bukit Menoreh), belum lagi ada serial Wiro Sableng, Dewa Tuak, Pendekar Rajawali Sakti, Pendekar Pulau Neraka, Pendekar Naga Putih dan sebagainya.

Masalahnya sekarang di mana gairah saya dulu ketika membaca buku-buku itu. Terakhir saya sempat termehek-mehek dengan buku Chronicle of Narnia sampai saya cari film-filmnya..Oh ya..masih ada lagi ada novel Gajah Mada dari  Langit Kresna Hariadi yang membuatku terpukau dengan gayanya bercerita.

Kembali ke buku Mengikat Makna Update dari Hernowo, saya kutip dari ilustrasi yang menarik di bagian depan. Bagi Anda yang mengalami problem-problem berikut ini :
  • Menulis bagaikan beban
  • Membaca sebagai siksaan
  • Frustasi setiap kali menulis
  • Tidak percaya diri menulis
  • Gagap dalam menyampaikan pendapat
  • Membaca sia-sia alias tidak ada hasil yang nyata
  • Menulis mendatangkan stres
  • Tidak berdaya ketika membaca dan menulis
  • Tak punya waktu untuk menulis
  • Menulis dengan penuh kecemasan
  • Sulit membaca karena sibuk
  • Bingung menentukan bahan bacaan
Nah, yang ditandai tulisan tebal itu, gue banget. Hehehhehe...
Selanjutnya, di sepanjang buku ini, Anda akan terbantu mengatasi problem-problem Anda :
  • Menulis dengan RINGAN dan senang
  • Membaca dengan nikmat
  • Membaca dan menulis dengan perasaan BAHAGIA
  • Membaca dan menulis DENGAN berdaya
  • Menulis dengan KESABARAN tinggi dan tidak terburu-buru
  • Menulis dengan penuh percaya diri
  • Menulis dengan perasaan sangat puas (karena senantiasa berhasil menggali materi dari dalam dirinya)
  • Membaca yang menghasilkan alias membacanya TIDAK sia-sia (karena yang dibaca senantiasa ditulis)
  • LANCAR menyampaikan pendapat, baik secara lisan maupun tertulis
  • Meski sibuk, TETAP BISA MEMBACA karena membaca secara NGEMIL dan senantiasa mengikat makna
  • Membaca dengan antusiasme tinggi
  • Menulis dengan mencicil
Bagian yang tertulis tebal, itu yang ingin kudapatkan setelah membaca buku ini. Manfaat yang lain sih otomatis harus dapat.
Menurut Hernowo, hanya perlu 3 langkah untuk memecahkan problem-problem membaca-menulis Anda dan untuk menjadikan diri Anda dapat membaca-menulis yang memberdayakan.
Langkah 1 : Membangun "Ruang Privat" di Dalam Pikiran Anda
Langkah 2 : Menyelenggarakan Kegiatan Membaca dan Menulis secara Bersamaan
Langkah 3 : Berusaha Sekuat Daya untuk Meraih Makna

Ya, cukup ini dulu yang bisa kutuliskan. Semoga bermanfaat bagi pembaca yang tergerak untuk menjadi penulis. Spesial buat diri sendiri, semoga setelah membaca tuntas buku ini, mampu mengobati segala rasa "galau" di hati. Sekaligus belajar "mengikat makna" dari buku ini dan terus "mengikat makna" dari buku-buku yang lain.
Ditulis oleh: Arsyad R Bahasa dan Sastra Updated at : 12:57 AM

Monday, February 18, 2013

KISAH CINTA ABDULLAH DAN KIARA

 

KISAH CINTA ABDULLAH DAN KIARA

3 Hati 2 Dunia 1 Cinta

/1/

Ditatapnya foto itu

Kekasih yang begitu dicintainya,

Namanya Kiara

Seorang gadis Nasrani yang taat

Kiara yang senantiasa mengimbangi pemikirannya yan liar

Diambilnya satu foto lagi,

seorang gadis cantik berjilbab, pilihan orang tuanya

Anak semata wayang sama dengan dirinya

Ayahnya satu profesi dengan ayah Abdullah,

Guru agama

Dia juga sahabat Abdullah, sekelas ketika di Madrasah

Namanya Siti Zulaeha, panggilannya Zulaeha

Sang ibu pasrah dengan pilihannya

Meskipun demikian Abdullah, nama lelaki itu

Sering mendengar ibunya menangis dalam keheningan malam

Lamat-lamat, terdengar ibunya membaca ayat-ayat suci,

sambil sesekali terisak-isak

Abdullah anak semata wayangnya,

Begitu melukai hati keluarganya

Abdullah, Kiara, dan Zulaeha saling mengenal

Mereka kuliah di kota yang sama

Abdullah dan Kiara satu almamater, tapi beda jurusan

Sedangkan Zulaeha masuk perguruan tinggi Islam,

IAIN, sebuah institut ternama

Persahabatan ketiganya,

Satu yang tidak dipahami oleh orang tua Abdullah,

Semakin menambah masalah

/2/

Teringat oleh Abdullah,

pertama kali mengenal Kiara

Ketika SMP

Dia yang datang terlambat,

Dihukum untuk belajar di perpustakaan

Baginya tidak ada masalah,

Ketika saat masih di MI pun buku-buku perpustakaan habis dilahapnya

Bahkan buku-buku bacaan untuk guru,

Tuhan itu sudah mati,” kata Nietzsche

Tuhan adalah satu-satunya yang tidak pernah lelah mendengarkan manusia,” lanjut Kierkegard

Itu kata-kata yang masih diingatnya, meski waktu itu tidak dipahaminya[i]

Dan ketika dewasa kata-kata itu menjadi bagian dari hidupnya

Abdullah baru menyadari,

Perkenalan dengan Kiara, seorang gadis yang rambutnya dikepang dua,

Membawanya pada dunia remaja yang indah

Waktu itu gadis, itu sedang menekuni bacaannya,

Di Bawah Lindungan Ka’bah, judul buku itu[ii]

“Wah, seleranya luar biasa,” pikir Abdullah

Setelah berbincang,

Abdullah baru menyadari bahwa gadis itu Nasrani

Di perpustakaan bukan karena dihukum,

Tiada guru yang mampu mengajarkan agama bagi non muslim

Setiap ada pelajaran agama,

Di situlah dia menghabiskan waktunya[iii]

/3/

Persahabatan dengan Kiara berlanjut,

Keduanya makin tak terpisahkan

Hobi membaca berbagai buku telah mengikat mereka

Beberapa kali Kiara pun berkunjung ke rumah Abdullah

Ibu Abdullah, bahkan menganggapnya seperti anak sendiri

Bagi ibu Abdullah, Kiara seorang anak yang cantik, rajin, dan sangat sopan

Tak jarang, Kiara membantu memasak

Ataupun ikut belanja di pasar

Bagaimana dengan keluarga Kiara?

Kiara tinggal dengan ibunya semata

Sang ibu bebas membiarkan anaknya bergaul

Tanpa membatasi dengan teman seagamanya

Sebagai penganut agama minoritas, dia menyadarinya

/4/

Perpisahan itu terjadi

Selepas dari SMP, Kiara pindah kota

Abdullah melanjutkan di SMA, dan selanjutnya kuliah di universitas

Entah sudah menjadi garis Ilahi

Seminar “Toleransi Antar Kehidupan Beragama” mempertemukan mereka

Abdullah tercekat

Seorang gadis cantik berdiri dengan lantangnya

Aku bangga sebagai orang kristen. Kristus mengajarkan kasih untuk sesama.”

Sontak semua mata tertuju padanya.

Peserta seminar yang rata-rata mahasiswa muslim terbengong-bengong..

Huuuuuuu…!”

Omong kosong. Bagaimana dengan praktek kristenisasi. Membagikan sembako bagi orang-orang miskin. Penyebaran agama secara tidak beretika seperti itu..bagian dari kasih kristus!” bantah yang lain[iv]

Peserta lain ramai bertepuk tangan.

Demikian juga Abdullah.

Meski dengan tepuk yang berbeda

Selepas acara itu selesai,

Kiara….

tergetar dia memanggil

Kiara menatapnya. Senyumnya melebar

Mereka masih mengenal dengan baik.

Berbeda dengan dulu..

Kini mereka telah sama-sama dewasa

Pikiran mereka jauh berkembang

Pencarian makna hidup merubah pandangan mereka

Tentang cinta, agama, dan Tuhan

Sebagai aktivis mereka banyak bergelut dalam pemikiran[v]

Kedewasaan tersebut ternyata menjadi masalah baru

Dulu kebersamaan bermuara pada persahabatan

Kini mengarah pada cinta dan kemanusiaan

Sapere Aude[vi]

Itu motto mereka

Pikiran mereka menjelajah menembus batas

Seperti kekuatan cinta mereka alami

Berdiskusi banyak hal

Perpustakaan

Warnet

Toko-toko buku

Seminar-seminar

Menjadi tempat favorit,

Untuk pencarian diri

Namun ketika ada pertanyaan

Pilih agama atau cinta?

Bisakah cinta menyatukan dua agama yang berbeda?

Berbagai buku dibaca

Kajian-kajian kontemporer dibabat habis

Merenung…

Menggali..

Namun tetap tiada kepastian..

Meski cinta kita tetap membara

Tuhan yang menganugerahkan cinta ini

Dan Tuhan yang akan mencarinya jalan keluar

Itulah pemikiran mereka

Inilah ikon perdamaian

Inilah simbol kebebasan

Dukung yang pro

Inilah liberalisme tanpa tahu moral dan etika

Itu bagi yang tidak suka

Dan di kota yang sama pula,

Abdullah bertemu dengan gadis muslimah, temannya dulu

Siti Zulaeha

Sebagai sahabat waktu kecilnya, Siti Zulaeha salah satu yang menyadari

Cinta mereka sulit terpisahkan

Meski Zulaeha mengagumi Abdullah

Kedewasaan berpikirnya tidak mengalahkan perasaannya

Apalagi dia juga sibuk dengan kuliahnnya

Satu hal menyadari sebagai perempuan dari desa

Di sisi lain bisa melepaskan banyak hal sebagai penulis berbagai tema

Namun,

Bukan berarti Zulaeha tidak bisa menghilangkan pikiran tentang Abdullah

Ketika pulang, dan bertemu dengan ibu Abdullah

Zulaeha bercerita tentang pertemuan dengan Abdullah

Dan sempat berharap agar Abdullah untuk berjodoh dengannya

Jodoh ada di tangan Tuhan

Begitu keyakinan Zulaeha

Sama seperti keyakinan Abdullah dan Kiara

Tapi satu kesalahan yang terjadi…entahlah

Ibu Abdullah tidak mengetahui hubungan cinta anak semata wayangnya

/5/

Bom waktu itu meledak

Acara wisuda

Mempertemukan keluarga Abdullah dan Kiara

Kisah cinta mereka terungkap

Ayah Abdullah tak berkata apa-apa..

Waktu itu..hanya mengatakan ya dan iya,

Kiara kehabisan kata-kata untuk menyapanya

Berbeda dengan Ibu Abdullah

Yang seolah menemukan anaknya kembali

Dipeluknya Kiara dengan erat

Kiara meneteskan air mata

Urusan kuliah selesai

Di rumah

Berbagai nasehat memasuki telinga Abdullah

Sehina-hinanya seorang budak muslim lebih baik dari pada wanita kafir[vii]

Begitu kata ayahnya

Keturunan yang baik…

Ketentraman jiwa…

Keluarga sakinah…

Tidak akan terwujud dengan pernikahan antar agama

Begitu keyakinan ayah

Abdullah membatu

Nasehat-nasehat ayahnya tidak terdengar

Ibu pasrah,

Sang Ayah pun kehilangan akal

Akhirnya Ayah berkata

Urusan perkawinan bukanlah masalah kalian berdua

Tapi menyangkut masalah keluarga

Ada dua pilihan,

Pergilah dari rumah ayah

Atau

Ajaklah dia untuk menjadi muslimah sejati

Ibu menambahkan

Aku memahami perasaanmu

Aku pun sangat menyukai Kiara

Tapi untuk sebuah perkawinan

Jangan lakukan

Apakah Zulaeha, tidak bisa mengubah pikiranmu

Abdullah terdiam

Semua diam

/6/

Agama dan cinta

Dua hal yang indah..mengajarkan kedamaian

Agama berlandaskan atas cinta

Adalah agama yang tidak menyukai kekerasan, peperangan apalagi pertikaian[viii]

Seandainya semua orang bersaudara

Tanpa pandang suku, agama, dan ras

Tidak ada sentimen kelompok

Indahnya dunia ini

Tidakkah saling sadar..mereka sama-sama manusia

Abdullah merenung tiada henti

Tuhan menganugerahkan cinta

Cinta sejati

Yang sebagian orang dianggap cinta palsu

Cinta yang menjebak

Cinta yang membutakan iman

Cinta yang menimbulkan keragu-raguan

Cinta yang menimbulkan pertikaian keluarga

Cinta yang menimbulkan perpecahan

Ah, itu bukan cinta

bisik hati Abdullah

Aku harus menemuinya dan memutuskannya.

Berpamitan ia pada orang tuanya

Ayah dan Ibu melepas kepergiannya

Berharap semua akan berakhir

/7/

Kiara bersama ibunya

Bicara panjang lebar tentang Abdullah

Beranilah menanggung akibatnya..

Jika tidak…

Mundurlah

Ibu Kiara berkata lagi

Banyak harga yang harus dibayar

Dijauhi saudara

Penghianat agama

Kiara tersenyum,

Ibu tenang saja..

Aku dan Abdullahku akan menyelesaikannya

Mereka terdiam

Datang Abdullah

Diajaknya Kiara menuju taman kota

Melihat pasangan muda-mudi saling bercengkerama

Di bawah pohon beringin yang rimbun

Terlihat sepasang remaja berciuman

Kita bahkan belum pernah melakukannya

Bisik Kiara

Abdullah tersenyum

Itulah cinta kita … bukan dorongan nafsu belaka.

Itulah kekuatan cinta kita.

Malam itu mereka bicara banyak hal

Tentang cinta, keluarga, dan agama

Sama seperti perbincangan sebelumnya

Tidak ada kata sepakat..

Tidak ada keputusan

Biarlah cinta yang akan memutuskan..

Seperti apa besok

Kita nikmati hari esok dengan kedamaian..

Kita pasrahkan hidup ini atas kehendak cinta

/8/

Kehidupan terus berlalu

Pertikaian antar agama pun terus berlanjut[ix]

Berbagai diskusi

Seminar-seminar

Tidak bisa menghentikannya

Ironis

Banyak yang meneriakkan kedamaian..

tapi kerusuhan bertambah banyak

Terorisme merajalela….

Pembunuhan

Dan kejahatan-kejahatan lain

Atas nama agama

Dan di atas semua itu

Cinta Abdullah dan Kiara terus mekar

Perbedaan agama tidak bisa mengalahkan

Orang tua menjadi penghalang

Cemoohan keluarga..masyarakat

Menjadi bumbu bagi hubungan mereka

Benar-benar cinta tanpa batas seperti Romi dan Yuli

Yoko dan Bibi Lung[x]

/9/ Dua puluh tahun kemudian

Satu persatu orang-orang terkasih meninggalkan mereka

Orang tua Abdullah telah menghadap ilahi

Demikian juga dengan ibunya Kiara

Siti Zulaeha menjadi dosen di salah satu perguruan tinggi..

Mempunyai suami yang setia dan 3 orang anak

Bagaimana dengan Abdullah dan Kiara?

Di hadapan pusara orang tua Abdullah

Membersihkan rumput-rumput

Berdoa bersama

Semoga mereka bahagia bersama

Dan sampai sekarang,

Abdullah dan Kiara masih menunggu jawaban yang pasti

Mereka menjalani hidup tanpa ikatan

Berjuang bersama-sama

Meneriakkan perdamaian

Di alam sana,

kedua orang tua Abdullah meneteskan air mata

Dengarlah anakku, mungkin Tuhan tidak meridhoi hubungan kalian berdua.

Tapi aku akan berdoa untuk kebaikan kalian

Persatukanlah cinta kalian dalam tali pernikahan

Aku menyerah dengan kekuatan cinta kalian

Ternyata kematian kami tidak bisa membebaskanmu.

Semilir angin menyejukkan jiwa keduanya…

Bergandengan tangan mereka keluar dari makam tersebut…

Inilah cinta kita

Purbalingga, 20 Agustus 2012


[i] Tokoh-tokoh eksistensialis yang dikenalkan dalam buku Berkenalan dengan Eksistensialisme oleh Fuad Hassa. Tokoh yang dikupasnya, yaitu Kierkegard, Nietzsche, Berdyaev, Sartre, dan Jasper. Agak mengherankan, buku seperti ini sudah beredar di sekolah tingkat dasar bersama-sama dengan buku Pengantar Heteronimia dari pengarang yang sama. Penulis menemukan buku tersebut sekitar tahun 1993 di sebuah madrasah ibtidaiyah (MI) di salah satu sekolah di Jawa Tengah.

[ii] Novel karya Hamka yang berjudul Di Bawah Lindungan Ka’bah menceritakan kisah kasih tak sampai antara Hamid dan Zainab yang terbawa sampai liang lahat. Zainab merupakan anak orang terkaya dan terpandang, sedangkan Hamid hanyalah berasal dari keluarga biasa dan miskin. Dengan keadaan seperti itu, Hamid pergi ke Mekah. Dengan berbagai masalah yang dihadapi, Hamid memutuskan untuk meninggalkan kota kelahirannya, pergi sejauh-jauhnya, akhirnya sampai di kota Mekah.

Zainab yang ditinggalkan hidupnya terasa hampa dan akhirnya jatuh sakit-sakitan. Akhirnya Hamid menyadari bahwa Zainab juga mencintainya. Tapi, semuanya telah terlambat. Kondisi Hamid di Mekah juga sering sakit-sakitan, . Di akhir cerita, mendengar kabar Zainab telah tiada, Hamid p menyusul Zainab. Ia menghembuskan nafas terakhirnya di bawah lindungan ka’bah.

[iii] Bentuk determinasi dalam pendidikan sekolah umum, yang tidak menyediakan guru agama yang sesuai dengan agama siswanya. Sekolah tidak mau repot atau mempermasalahkan kejadian tersebut. Dan kenyataannya, siswa yang tidak mendapatkan haknya itu pun tidak mempermasalahkannya. Nilai raportnya diperoleh dengan melihat kelakuaan keseharian dan tes akhir semester saja.

Pengalaman ketika di bangku universitas, penganut agama minoritas (non muslim) mahasiswa berbagai jurusan atau fakultas disatukan untuk mendapatkan mata kuliah agama sesuai dengan kepercayaannya.

Peristiwa ini juga bukan hanya terjadi di Indonesia, di Srilanka anak-anak Katolik terpaksa belajar pelajaran agama Budha sebagai alternatif untuk pelajaran agama Kristen. Pastor Ranjith Madurawala, ketua komisi pendidikan sekolah-sekolah Katolik di Keuskupan Agung Kolombo, yang juga bertemu dengan presiden, mengatakaan kepada ucanews.com bahwa bahwa untuk mengajar agama Kristen dibutuhkan segera 1.000 guru agama. Pelajar Katolik memiliki hak yang sama seperti para siswa lain untuk memperoleh pendidikan gratis dan mendapat pelajaran agama Kristen di sekolah negeri. http://indonesia.ucanews.com/2010/07/20/guru-diperlukan-untuk-mengajar-agama-kristen/

[iv] Berbagai cara dilakukan oleh misionaris untuk menyebarkan agama kristen, misalnya melalui pembagian sembako, pendidikan gratis, menikahi wanita Islam, liberalisasi ajaran islam dan sebagainya.

http://ipmimo.blogspot.com/2012/07/mengikis-fenomena-misionaris.html#

Disinyalir dengan perkembangan teknologi, proses kristenisasi pun marak dilakukan melalu internet melalui pemikiran-pemikiran yang merusak generasi muslim. http://aditya92-aditya.blogspot.com/2012/03/ketika-misionaris-mengenal-teknologi.html

Termasuk juga konten-konten yang sangat menghibur, seperti game online, pornografi, berbagai media sosial bisa dianggap sebagai jalan pengrusakan generasi muslim.

[v] Di kalangan mahasiswa, hal yang wajar menceburkan diri pada organisasi yang tumbuh di kampus. Organisasi yang berkembang di antaranya HMI, IMM, PMII, PMKRI, GMNI, LMNB, GMKI, dan lain-lain. Di organisasi-organisasi tersebut mempunyai pola-pola yang berbeda dalam melakukan perkaderan . Dan tidak jarang, terjadi persaingan antara organisasi-organisasi tersebut dalam merekrut anggota.
Setiap mahasiswa bisa langsung dicap dari organisasi yang diikutinya. Bagi yang kental NU akan masuk PMII, yang berpikir islamnya liberal masuk HMI. Meskipun HMI sendiri terpecah menjadi Dipo dan MPO. Untuk yang katolik masuk ke Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia disingkat (PMKRI) dan yang kristen bisa aktif di Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI).

Apapun organisasi yang diikutinya, bagi anggota yang aktif akan memperoleh banyak manfaat, baik dalam kematangan berpikir maupun kemampuan bersosialisasi dan berorganisasi.

Dan tidak jarang, timbul kesenjangan antara mahasiswa yang aktif di organisasi-organisasi dengan mahasiswa yang hanya kuliah semata. Bagi yang kuliah semata, menganggap bahwa para aktivis banyak membuat ricuh dan banyak beromong kosong. Sebaliknya, para aktivis menganggap mahasiswa “kuliahan” sebagai mahasiswa yang tidak peka terhadap masalah sosial dan kemanusiaan

[vi] Sapere aude dapat diartikan sebagai keberanian untuk berpikir. Istilah yang awalnya digunakan oleh Horace, berkaitan erat dengan istilah enlignment (pencerahan) yang dikemukakan Immanuel Khan. http://en.wikipedia.org/wiki/Sapere_aude

[vii] Lebih baik seorang laki-laki muslim menikahi seorang budak daripada dia menikahi wanita kafir, walaupun cantik wajahnya.

Dalam buku Masalah Nikah dan Keluarga karangan Miftah Faridl, dibahasa pertanyaan “Bolehkan seorang muslim menikah dengan nonmuslim dan benarkah seorang muslim boleh menikah dengan wanita kristen?”

Berdasarkan QS Al Maaidah ayat 2 dapat menyimpulkan bahwa wanita muslimah tidak boleh menikah dengan pria nonmuslim, termasuk dengan Ah;ul-Kitan. Pria Muslim pun tidak boleh menikah dengan wanita kafir/musyrik, tetapi pria muslim boleh menikahi wanita Ahlul-Kitab.

Untuk ahlul kitab ada beberapa pendapat,

Pendapat 1 : AhlulKitab adalah penganut agama Yaudi dan Nasrani (kristen).

Pendapat 2 : termasuk kafir dan musyrik

Pertimbangan lain adalah mengenai kewajiban setiap suami wajib mendidik istri dan keluargana supaya melalukan sholat (QS Thaha : 132)

Faktor lain adalah apakah suami mampu membawa istrinya menjadi muslimah salehah, selanjtnya bagaimanakah dengan keturunannya. Ini karena di tengah keluaraga peranan ibu/istri lebih dominan dari peranan bapak/suami.

Kesimpulan yang dapat diambil adalah seorang pria muslim hendaknya tidak menikah dengan wanita kristen.

Demikian juga ada larangan wanita muslim dengan laki-laki non muslim. Hal ini berkaitan dengan posisi wanita yang harus tunduk kepada suaminya. Dalam Islam juga tidak dibenarkan seorang lelaki non islam (ahli kitab) memerintah wanita muslimah untuk taat kepadanya. Islam memandang wanita muslimah jauh lebih tinggi derajatnya di mata Allah ketimbang laki-laki ahli kitab. Lihat buku Konstruksi Seksualitas dalam Wacana Sosial karangan Rahmat Sudirman.

[viii] Dalam kenyataannya banyak kekerasan yang mengatasnamakan agama.

Misalnya dalam agama Yahudi, ada tokoh Shlomo Goren, mantan pimpinan Rabbi untuk kelompok Yahudi Eropa Barat di Israel yang mengeluarkan fatwa (1984) bahwa melakukan pembunuhan terhadap Yasser Arafat merupakan bagian dari tugas suci agama. Demikian juga pada dekade sembilan puluhan, pasukan Serbia yang didukung Gereja Ortodoks membumi hanguskan masjid-masjid di Sarajevo.

Pertikaian di Maluku, korban yang tewas akibat pertikaian antar kelompok mencapai 657 warga sipil dan 14 aparat keamanan (Januari – 3 Desember 1999). Dan dalam berbagai bentrok lain, meski dipicu oleh masalah ekonomi, sosial-budaya atau agama. Agama telah dijadikan alat untuk meningkatkan dan “membenarkan” pertikaian. Terutama antar kelompok Islam vs kelompok Nasrani dengan jargon perang suci atau jihad.

(Lihat Buku Melampaui Dialog Agama, karangan Abd A’la yang diterbitkan oleh PT Kompas Media Nusantara)

[ix] Pertikaian yang terjadi bukan hanya antara Islam dan Kristen. Tetapi terjadi lebih karena kelompok mayoritas dan minoritas.

Saat ini kekerasan terhadap muslim Rohingya di Myanmar meningkat saat terjadi bentrokan antara warga etnis Buddha dan muslim Rohingya pada 3 Juni lalu di barat Rakhine. Bentrokan ini telah menewaskan sedikitnya 78 orang dan sebanyak 70 ribu orang kehilangan rumah mereka.
Saat ini, tercatat sekitar 800 ribu anggota etnis Rohingya tinggal di Myanmar. Namun, pemerintah Myanmar menganggap mereka orang asing. Penduduk Myanmar pun menilai etnis Rohingya adalah imigran gelap dari Bangladesh. http://www.tempo.co/read/news/2012/07/30/078420120/Presiden-Didesak-Bersikap-Soal-Kekerasan-Rohingya

[x] Kisah cinta Yoko dengan bibi Lung, selaku gurunya merupakan cinta terlarang. Menurut adat istiadat kuno, cinta seperti itu merupakan cinta hina dan tidak bermoral. Namun kekuatan cinta mereka mengalahkan segala-galanya. Berbeda dengan kisah cinta Kwee Ceng dengan Oey Yong. Kisah cinta Yoko bukan hanya terhalang oleh saudara ( Yoko akan dijadikan menantu Kwee Ceng) tapi juga oleh adat istiadat dan tradisi.

http://diajengsurendeng.blogspot.com/2012/01/sinopsis-return-of-condor-heroes-versi.html

Ditulis oleh: Arsyad R Bahasa dan Sastra Updated at : 5:57 AM

Sunday, February 3, 2013

DOMAIN DOT ID ANTARA PRESTISE DAN NASIONALISME

DOMAIN DOT ID

ANTARA PRESTISE DAN NASIONALISME


Membuka http://www.alexa.com/topsites/global terlihat sederetan web-web kelas dunia berakhiran .com. Mulai dari Google, Facebook, YouTube, Yahoo, Baidu, Wikipedia [org], Windows Live, QQ, Amazon, Taobao, Blogspot, Linkedln, Google India dan seterusnya.

Ke mana domain dot id? Pasti ada kalau diteruskan pencariannnya. Tetapi dapat urutan yang keberapa? Padahal Indonesia termasuk jajaran atas pemakai Internet, termasuk facebook dan twitter. Ironis sekali.

Apakah Indonesia memang layak dianggap sebagai bangsa konsumtif dalam segala hal. Dari hal yang remeh temeh, seperti mainan anak-anak seharga ribuan, barang pecah belah, barang elektronik, motor, mobil, internet, termasuk mengkonsumsi budaya-budaya dari luar negeri.

Bangsa yang komsumtif harusnya sebagai bangsa yang sejahtera. Logikanya punya uang banyak. Tetapi kenyataan berkata lain.

Mengapa demikian?

Apakah karena bangsa Indonesia lebih mengedepankan prestise ketimbang kualitas. Boro-boro bicara nasionalisme. Bangga menggunakan produk luar negeri dan bangga bicara kebobrokan dalam negeri menjadi salah satu indikator tidak sadarnya kita akan nasionalisme.

Sebagai blogger atau webmaster, pernahkah terpikirkan untuk ikut berjuang memunculkan nasionalisme melalui blog maupun websitenya. Dari pemberian nama, isi, sampai domain yang dipakai.

Ada yang mengatakan, bahwa menunjukkan nasionalisme tidak harus menggunakan domain .id, tetapi yang penting isi dari blog/web yang dikelolanya. Okelah, kalau berpendapat seperti itu. Tapi yang penting tetap konsisten untuk mengisi blog/web –nya dengan konten yang sehat. Jauh-jauh dari masalah pornografi, perjudian, penipuan, pembajakan, dan konten-konten sampah lainnya.

Tetapi, tentunya ada nilai tersendiri ketika domain .id dapat bertengger berjejeran dengan web-web raksasa seperti google, facebook, youtube, amazon yang kesemuanya berakhiran dengan com. Dari peringkat atas di alexa hanya wikipedia yang berakhiran dot id dan satu-satunya web dari Asia yaitu baidu.com yang milik China,

Sebagai salah satu pengguna terbesar Internet, hal yang wajar dan harus diperjuangkan agar domain Indonesia pun bisa masuk 10 besar, bahkan 5 besar.

Bagaimana caranya?

Lupakan dot com!

Lupakan bahwa domain dot com lebih berkelas dari dot id. Kalau dinalar, kita lebih menyukai .com karena dari dulu terbiasa mengetikkan kata tersebut. Lupakan bahwa dot com lebih mudah masuk ke pencarian berbagai search engine. Bukankan penamaan domain hanya salah satu aspek saja dari ketenaran suatu blog/web? Konten itu kuncinya.

Ingin mengakses blog/web yang aman. Tentunya dot id sebagai pilihan yang tepat. Jelas-jelas milik Indonesia. Tentunya pengelola blog/web tersebut tidak akan melecehkan ke-Indonesia-an dari blog/webnya untuk memuat konten-konten sampah.

Akhirnya, pemakaian domain Indonesia pun bukan sekedar masalah nasionalismenya. Tetapi implikasi lebih jauh terkait dengan keamanan maupun penyalahgunaannya.

Memang pengurusannya jauh lebih ribet ketimbang dot com. Di antaranya, dalam pembuatannya pun harus memberikan identitas yang sah. Mialnya, untuk domain web.id pendaftar harus menyerahkan foto kopi identitas, domain .ac.id harus menyertakan SK pendirian lembaga, domain berakhiran .co.id harus melampirkan akta notaris, dan seterusnya.

Hal yang wajar, ketika dalam pembuatan sesuatu sangat dipermudah maka angka penyalahgunaan pun semakin besar. Warisan budaya feodalisme yang masih kental di Indonesia. Mending repot sedikit tapi aman. Ketimbang instan tapi jangka panjang merusak.

Mari kita mulai berpikir untuk berjuang bersama-sama dari segala jenis bidang, termasuk di dunia maya dengan mengembangkan web/blog yang berbasis nasionalisme.

Wujudkan dot id di jajaran puncak dunia maya.



Ditulis oleh: Arsyad R Bahasa dan Sastra Updated at : 4:12 PM

Monday, January 21, 2013

Mengenal Ahmad Tohari


Ahmad Tohari adalah sastrawan yang terkenal sebagai pengarang trilogi novel Ronggeng Dukuh Paruk (1982), Lintang Kemukus Dinihari (1985) dan Jantera Bianglala (1986).

Ahmad TohariKarya-karyanya banyak yang mendapatkan penghargaan, seperti cerpennya yang berjudul "Jasa-Jasa buat Sanwirya" memenangi Hadiah Harapan Sayembara Cerpen Kincir Emas Radio Nederland Wereldomproep (1977). Novel Di Kaki Bukit Cibalak memperoleh salah hadiah Sayembara Penulisan Roman yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) tahun 1979. Novel Kubah mendapatkan penghargaan dari Yayasan Buku Utama sebagai bacaan terbaik dalam bidang fiksi tahun 1980. Novel Jentera Bianglala dinyatakan sebagai fiksi terbaik (1986). Melalui novelnya yang berjudul Bekisar Merah, Ahmad Tohari meraih hadiah Sastra Asean 1995.

Cerpennya yang lain adalah sebagai berikut :
1. "Tanah Gantungan" dalam Amanah, 28 Desemebr 92 - Januari 1993
2. "Mata yang Enak Dipandang" dalam Kompas, 29 Desember 1991
3. "Zaman Nalar Syngsang" dalam Suara Merdeka, 15 Desember 1993
4. "Sekuntum Bunga Telah Gugur" dalam Suara Merdeka, 7 Mei 1994
5. "Di Bawah Langit Dini Hari" dalam Suara Merdeka, 1 November 1993
6. "Pencuri" dalam Pandji Masjarakat, 11 Februari 1985
7. dll

Sumber : Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Ensiklopedi Sastra Indonesia.   Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Sumber gambar : http://jogjanews.com/ahmad-tohari-menulis-adalah-hidup-saya
Ditulis oleh: Arsyad R Bahasa dan Sastra Updated at : 11:04 PM
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...