Sunday, August 13, 2017

Puisi : Sendiri

Romantikaku
Nikmati sendirian
Tak ingat kawan


Terpisah jarak
Bikin hati merana
Apalah daya


Di ruang ini
Aku menunggu pulang
Istri tersayang



Seminggu sudah
Meninggalkan rumahku
Untukmu sayang


Srondol, 13 Agustus 2017
Ditulis oleh: Arsyad R Bahasa dan Sastra Updated at : 4:47 PM

Saturday, July 29, 2017

Buku Antologi Jakarta Breaking Poetry

Buku Antologi Jakarta Breaking Poetry
Buku antologi Jakarta Breaking Poetry by Foentry.com merupakan salah satu buku yang bisa menggugah semangat saya untuk menuliskan puisi dengan ala kadarnya. Sekian lama tidak menulis puisi, sontak semangat menulis kembali muncul. Ide-ide berjubelan. Seperti beberapa waktu lalu setelah mengenal Puisi Essay yang dipopulerkan oleh Deny J.A.

"Aku ini pujangga gagal
Dari kumpulannya yang janggal
Biar kritik menembus puisiku
Aku tetap nekat membuat buku"


Sebuah puisi Chairil Anwar versus penulis buku antologi Jakarta Breaking Poetry mengisi sekapur perih...(baca : sekapur sirih alias kata pengantar).

Coba bandingkan dengan cukilan puisi Chairil Anwar berikut, yang menurut penulis buku ini makna puisi beliau tidak bisa dimengerti sampai sekarang.
"Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang"

Bagaimana? Mandan-mandan mirip khan? Boleh dicoba deh untuk membuat puisi yang mandan-mandan plagiat. Yang penting ngaku nyontek karya siapa.

Antologi Jakarta Breaking Poetry ini memang disajikan dengan bahasa yang gak formal, gak pakem, gaul, alay, anti mainstream. Meskipun demikian, tetap dapat dinikmati dengan enak dengan pemilihan kata maupun kalimatnya yang panjang dan mengalir apa adanya. Kosakata juga biasa-biasa, tidak nyastra-nyastra banget. Cocok deh buat penikmat puisi kayak saya yang sering ndak mudengan ketika membaca puisi. Demikian juga cocok juga bagi yang sedang belajar menulis puisi. Ternyata tidak perlu kata-kata yang aneh...untaian yang indah-indah. Tapi tetap saja puisi ini bisa menjadi karya yang enak dinikmati

Ada 30 puisi dalam antologi Jakarta Breaking Poetry ini. Judul-judulnya pun indah, seperti Menantu Peraih Nobel Kehidupan. Aneh..keliatannya tinggi...padahal isinya curhatan mahasiswa yang ndak lulus-lulus. Atau Mimpi Sang Schumacher, Masinis Stasiun Tokyo, Mungkin Ini Bukan Jalan Tuhan maupun Magnitudo Gelombang Sang Legenda yang bicara tentang sistem transportasi. Ada puisi berjudul Makhluk Tuhan Paling Siri (tema : nikah siri), Modernisasi Arisan Para Sosialita (tema : arisan brondong), Metroseksualisme Kaum Klasik Kapitalis (tema : gigolo), Matematik Probabilitas Jerat Caddy Seksi (tema : golf) dan lainnya. Yang jelas sangat menghibur..lebay..alay...dan asyik bingits.


Aku dibilangnya malaikat penolong
Padahal aku hanya seorang pembohong
Mangkal di pinggir jalan entah di malam entah di siang bolong
Pura-pura membantu para pengendara
       yang bannya bocor dan kadang terpaksa ikut mendorong
Korbanku tak tahu kalau aku sang otak penyebar paku
       aku sang gembong
Aku tentu tak peduli meski anjing-anjing dekat sini terus melolong

Cukilan puisi di atas, saya ambilkan dari puisi ranjau batu yang berjudul Mencium Bumi Menuju Akhirat yang merupakan kisah tukang tambal ban yang akhirnya menjadi tukang tambal panci. Lebay banget khan judul maupun isinya. Bagaimana kok ceritanya dia menjadi tukang tambal ban dan sampai akhirnya menjadi tukang panci dikemas dengan apik dalam puisi yang lumayan panjang ini.

Selamat membaca dan menikmati puisi-puisi dalam buku antologi Jakarta Breaking Poetry ini. Dan teruslah untuk berkarya.

Ditulis oleh: Arsyad R Bahasa dan Sastra Updated at : 9:16 AM

Thursday, March 9, 2017

Mengenang lagu Never Gonna Fall in Love Again - Tommy Page

Never Gonna Fall in Love Again - Tommy Page
Mengenang kembali sebuah lagu berjudul Never Gonna Fall in Love Again yang dibawakan oleh Tommy Page membuat malam yang larut tak mampu membuatku menutup mata. Pikiran melayang. Antara ingatan masa lalu bercampur aduk dengan bayang-bayang kematian Tommy Page. 

Berbagai pemberitaan berbagai media tentang penyebab kematian Tommy Page, semakin membuat diri terpukul. Terasa aneh, ketika orang tiada peduli karena memang tidak mengenalnya. Atau sekedar tahu dari sebuah lagunya, sebut saja A Shoulder to Cry On. 

Never gonna fall in love again seolah bisa mewakili isi hati ini betapa sulitnya berpindah ke lain hati. Tak pernah dan tak akan pernah. Setiap orang punya kekuatan tersendiri..punya kedekatan sendiri yang tak bisa disamakan dengan yang lain. Dan yang jelas tidak mau terluka kembali. Kemudian...haruskan akhirnya mengambil jarak. Menjauh..dari orang yang kita cintai.

never gonna fall in love again
i don’t want to start with someone new
’cause i couldn’t bear to see it end
just like me and you

no, i never want to feel pain
of remembering how it used to be
never gonna fall in love again
just like you and me

Ketakutan..untuk jatuh cinta lagi.  Tak kuasa bertemu dengan seseorang semenarik apapun. Cukuplah hanya terjadi pada cinta kita. Entah kegetiran..kebosanan...salah mengerti..bahkan pertengkaran-pertengkaran. Yang akhirnya memisahkan diri kita.

Tak kuasa diri ini mengalami kesedihan lagi...rasa sakit hati akibat kembali mencintai...
Tak akan pernah...tak akan pernah. Tak akan ada seseorang lagi yang ada di hati.

Selamanya hanya cinta kita. Sepahit apapun kisah yang tercipta di antara kita..
Ditulis oleh: Arsyad R Bahasa dan Sastra Updated at : 1:32 AM

Wednesday, March 8, 2017

Kematian Tommy Page : Akhir Tiada Tara

Tommy Page, diberitakan meninggal dunia (3/3/2017) pada usia  46 tahun. Penyanyi kelahiran New Jersey, 24 Mei 1970,  diberitakan meninggalkan dunia karena bunuh diri. Sungguh suatu berita yang menyedihkan dan menjadi teramat menyedihkan dengan banyaknya pemberitaan di media tentang penyebab kematiannya.

"Depresi????" Mungkinkah itu penyebabnya. Di tahun 2013 dan 2015, Tommy Page masih tampil di Indonesia dengan begitu "manis"nya. Meskipun saya sendiri hanya menikmati lewat TV maupun youtube, tapi kurasakan betapa dekatnya kehadirannya saat itu.

Aku mengenal Tommy Page lewat lagu-lagunya, diawali dengan A Shoulder to Cry On yang kukenal saat kuliah tahun 1996. Dan begitu seterusnya deretan lagu-lagunya semakin menarik perhatianku dan menjadi satu dengan jiwaku.


I am always dreaming of you
I'm falling in love
A friend to rely on
Whenever you close your eyes
I'll never forget you
Never gonna fall in love again
Missing you
The best part
Painting in my mind
I'll be your everything
Time
Spend to night with
dan sederetan lagu-lagu lain banyak menemani hari-hariku sejak tahun 1996 sampai sekarang ini.

Tommy Page telah memulai kariernya sejak usia belasan tahun. Salah satu satu singlenya, "I'll Be Your Everything" pernah mencapai tangga puncak Billboard Hot 100 pada tahun 1990.

Dengan 9 album yang dimilikinya, Tommy Page telah berkeliling dunia, termasuk ke Indonesia. Banyak penggemar beliau di tanah air ini. Bisa dilihat dari hiruk pikuknya penonton maupun kesyahduan penonton saat dia konser di Indonesia.

Pada tahun 2013 dengan konser "Come Home : Tommy Page", dia duet bareng Citra Scholastika. Judul yang dibawakan keduanya adalah "Don't Give Up on Love".

Tahun 2015, Tommy Page kembali ke Indonesia menggelar konser berjudul "Up Close dan Personal with Tommy Page". Jakarta, Surabaya, bahkan Solo pernah didatanginya.

Selamat jalan Tommy Page.
Dalam akhir kehidupan yang tiada tara.
Ditulis oleh: Arsyad R Bahasa dan Sastra Updated at : 1:26 PM
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...