Mengikat Makna Update - Hernowo |
Teringat beberapa tahun yang lalu, kalau membaca judul buku-buku karangan Hernowo, terasa aneh dan menimbulkan pertanyaan. Misalnya, buku yang berjudul Mengikat Makna, Andaikan Buku Itu sepotong Pizza, edisi Bu Slim dan Pak Bil dan lain-lain.
Dan satu hal yang membuat saya tercengang-cengang, ternyata karya Hernowo sangat banyak. Tercatat di usianya yang ke-52 pada tahun 2009, buku berjudul Mengikat Makna Update : Membaca dan Menulis yang Memberdayakan, merupakan bukunya yang ke-35. Di cover depan, tertulis Hernowo Penulis 24 Buku dalam 4 Tahun dan Pencetak Buku-Buku Best Seller. Wow! Bisa jungkir balik diriku, jika bisa seperti itu. Berarti rata-rata 1 bulan beliau menyelesaikan 1 buku.
Melihat cover bagian depan saya pun sudah tertarik untuk harus membaca sampai tuntas dan jangan lupa "untuk mengikat maknanya", satu hal yang ternyata saya baru "ngeh".
Mengikat Makna Update : Membaca dan Menulis yang Memberdayakan
- Meringankan Anda dalam Membaca-Menulis
- Menghadirkan Pelbagai Manfaat Membaca-Menulis
- Mengatasi Pelbagai Problem Membaca-Menulis
- Meningkatkan Rasa Percaya Diri Menulis
- Memotivasi Anda dalam Memperbaiki Diri
Membaca buku ini, terasa menohok diri saya sendiri, karena ada satu pertanyaan yang terjawab melalu buku ini. Bahwa ada kejenuhan pada diri saya, ketika membaca banyak buku tetapi begitu saja hilang. Banyak membaca novel, tetapi rasa itu pun sekarang hilang begitu saja.
Penulis-penulis yang masih "nyantol" pada diri saya, tinggal beberapa seperti Stephen R. Covey, Ciptadinata, Bobbi DePorter, Adi W. Gunawan, terus siapa lagi yach...Hilang ingatan kayaknya.
Untuk penulis novel, dulu saya tergila-gila dengan Marga T, terus ada Enid Bylton (dengan bukunya Lima Sekawan dan Sapta Siaga), Alfred Hitchcock (dengan Trio Detektifnya). Demikian juga untuk cersil, saya maniak sekali dengan karyanya Asmaraman S. Koping Ho, S.H Mintardja (dengan Api di Bukit Menoreh), belum lagi ada serial Wiro Sableng, Dewa Tuak, Pendekar Rajawali Sakti, Pendekar Pulau Neraka, Pendekar Naga Putih dan sebagainya.
Masalahnya sekarang di mana gairah saya dulu ketika membaca buku-buku itu. Terakhir saya sempat termehek-mehek dengan buku Chronicle of Narnia sampai saya cari film-filmnya..Oh ya..masih ada lagi ada novel Gajah Mada dari Langit Kresna Hariadi yang membuatku terpukau dengan gayanya bercerita.
Kembali ke buku Mengikat Makna Update dari Hernowo, saya kutip dari ilustrasi yang menarik di bagian depan. Bagi Anda yang mengalami problem-problem berikut ini :
- Menulis bagaikan beban
- Membaca sebagai siksaan
- Frustasi setiap kali menulis
- Tidak percaya diri menulis
- Gagap dalam menyampaikan pendapat
- Membaca sia-sia alias tidak ada hasil yang nyata
- Menulis mendatangkan stres
- Tidak berdaya ketika membaca dan menulis
- Tak punya waktu untuk menulis
- Menulis dengan penuh kecemasan
- Sulit membaca karena sibuk
- Bingung menentukan bahan bacaan
Selanjutnya, di sepanjang buku ini, Anda akan terbantu mengatasi problem-problem Anda :
- Menulis dengan RINGAN dan senang
- Membaca dengan nikmat
- Membaca dan menulis dengan perasaan BAHAGIA
- Membaca dan menulis DENGAN berdaya
- Menulis dengan KESABARAN tinggi dan tidak terburu-buru
- Menulis dengan penuh percaya diri
- Menulis dengan perasaan sangat puas (karena senantiasa berhasil menggali materi dari dalam dirinya)
- Membaca yang menghasilkan alias membacanya TIDAK sia-sia (karena yang dibaca senantiasa ditulis)
- LANCAR menyampaikan pendapat, baik secara lisan maupun tertulis
- Meski sibuk, TETAP BISA MEMBACA karena membaca secara NGEMIL dan senantiasa mengikat makna
- Membaca dengan antusiasme tinggi
- Menulis dengan mencicil
Menurut Hernowo, hanya perlu 3 langkah untuk memecahkan problem-problem membaca-menulis Anda dan untuk menjadikan diri Anda dapat membaca-menulis yang memberdayakan.
Langkah 1 : Membangun "Ruang Privat" di Dalam Pikiran Anda
Langkah 2 : Menyelenggarakan Kegiatan Membaca dan Menulis secara Bersamaan
Langkah 3 : Berusaha Sekuat Daya untuk Meraih Makna
Ya, cukup ini dulu yang bisa kutuliskan. Semoga bermanfaat bagi pembaca yang tergerak untuk menjadi penulis. Spesial buat diri sendiri, semoga setelah membaca tuntas buku ini, mampu mengobati segala rasa "galau" di hati. Sekaligus belajar "mengikat makna" dari buku ini dan terus "mengikat makna" dari buku-buku yang lain.
Mungkin karena menulis belum menjadi budaya di dalam masyarakat kita, bang Arsyad.
ReplyDeleteBudaya itu harus kita pecahkan dengan ketekunan dalam menelurkan tulisan2. Apapun itu. Bravo, terus menulis...
*at the same time, I got to self-talk : come on brother, let's write!
Siap
ReplyDelete