Awalnya, saya tidak menyangka bisa menemukan kumpulan-kumpulan puisi Chairil Anwar dalam sebuah buku yang ada di perpustakaan sekolah. Sungguh, kalau dulu saat sekola (SMP/SMA) hanya menemukan cukilan-cukilan puisi dalam buku paket Bahasa Indonesia atau saat dibacakan oleh guru Bahasa Indonesia saat itu.
Kemudahan dalam mengakses informasi, menjadi keuntungan tersendiri. Tidak usah menunggu lama atau mencari ceceran-ceceran puisi Chairil Anwar, tetapi langsung dalam buku kumpulan puisinya yang berjudul "Deru Campur Debu".
Dalam kumpulan puisi "Deru campur Debu" tersebut ada 27 puisi plus 1 buah Tulisan Chairil Anwar. Sayang sekali saya kesulitan dalam membaca tulisan Chairil Anwar tersebut.
Puisi-puisi yang ada dalam kumpulan buku "Deru Campur Debu" adalah sebagai berikut :
- Aku
- Hampa
- Selamat Tinggal
- Orang Berdua
- Sia-Sia
- Doa
- Isa
- Kepada Peminta-minta
- Kesabaran
- Sajak Putih
- Kawanku dan Aku
- Kepada Kawan
- Sebuah Kamar
- Lagu Siul
- Malam di Pegunungan
- Catetan Th. 1946
- Nocturno
- Kepada Pelukis Affandi
- Buah Album D.S
- Cerita Buat Dien Tamaela
- Penerimaan
- Kepada Penyair Bohon
- Senja di Pelabuhan Kecil
- Kabar dari Laut
- Tuti Artic
- Sorga
- Cintaku Jauh di Pulau
- Tulisan Chairil Anwar
Dari ke-28 judul itu ada beberapa yang sudah saya kenal ketika SMP/SMA yaitu Aku (yang begitu legendaris), puisi Doa, Kepada Peminta-Minta, Cerita Buat Dien Tamaela, serta Senja di Pelabuhan Kecil. Sedangkan judul-judul puisi Chairil Anwar yang lain baru kenal beberapa waktu kemarin.
Ternyata ada puisi yang sangat pendek, tidak sebanding judulnya. Puisi yang saya maksud berjudul Malam di Pegunungan, yang berbunyi sebagai berikut.
Malam di Pegunungan
Aku berpikir : Bulan inikah yang membikin dingin,
Jadi pucat rumah dan kaku pepohonan?
Sekali ini aku terlalu sangat dapat jawab kepingin
Eh, ada bocah cilik main kejaran dengan bayangan!
Coba baca dan cermati puisi Chairil Anwar di atas.
Saya kira puisi itu bicara tentang seseorang yang merasakan kesepian di pegunungan. Sendirian. Beku. Mati..dan seterusnya. Ternyata....jauh dari bayangan saya.
Aku berpikir :Bulan inikah yang membikin dingin.
Maksudnya..apakah Chairil Anwar bertanya pada bulan ataukah "bulan" yang tidak dijelaskan sedang terang benderang atau redup, bulat penuh atau separuh bahkan seperempat sebagai penyeban malam di pegunungan menjadi dingin.
Masa iya membuat rumah menjadi pucat dan pepohonan menjadi kaku. Ketika digambarkan bulannya bulan pucat, atau tidak terang boleh jadi rumah pun menjadi pucat. Tetapi apa hubungannya dengan kekakuan pepohonan?
Eh, ada bocah cilik main kejaran dengan bayangan!
Apakah dalam bayangan Chairil Anwar, pegunungan tersebut sebagai sebuah desa atau setidaknya dekat dengan desa, sehingga ditemukan anak kecil. Kayaknya ndak deh, hanya ada seorang anak kecil yang bermain sendirian di pegunungan...
Entahlah...Begitulah mungkin imajinasi seorang penyair. Seorang Chairil Anwar yang dengan ide-idenya yang diluar persangkaan orang biasa.
No comments:
Post a Comment