Pameran Buku bukan Sekedar Dagang Buku, begitu kesimpulan yang bisa diambil dari Frankfurt Book Fair seperti dikutip dari wawancara dengan Goenawan Muhamad selaku Ketua Komite Pelaksana Tamu Kehormatan Frankfurt Book Fair 2015 di Jerman. Untuk lebih lengkapnya baca harian Suara Merdeka (18/10/2015.
Dalam Frankfurt Book Fair 2015, Indonesia berkesempatan menjadi tamu kehormatan. Suatu prestasi yang membanggakan. Indonesia dalam anggapannya Goenawan Muhamad, sebuah negara yang tidak terlalu dikenal di Eropa. Dikenal pun bukan oleh karya sastra atau prestasi yang lain. Tetapi oleh tsunami Aceh, ekspor asap, tarian-tarian eksotis dan hal-hal lain. Memang kehadiran perwakilan ke sana lebih membawa visi ke Indonesian ketimbang mendengarkan berbagai sindiran/komentar-komentar negatif tentang Indonesia. Tentunya lewat karya-karya sastra yang bermutu tinggi.
Tidak dapat dipungkiri, akan menjadi kebanggaan ketika sebuah karya sastra menjadi laris manis. Apalagi terjual habis bahkan banyak pesanan ketika berada di pameran. Tugas sastrawan adalah menulis buku. Sedangkan mencarikan pasar adalah tugas utama penerbit. Di dalam kanca internasional, apalagi bagaimana sebuah karya diterjemahkan ke banyak bahasa asing. Tapi sekali lagi itu lebih banyak pada urusan penerbit.
Di stan milik Indonesia banyak buku yang mulai atau sudah dilirik oleh penerbit luar. Seperti Esai-esai Goenawan Muhammad (Faith in Writing, Forty Years of Essays) yang telah diterbitkan Ridge Book - Singapora. Manusia Harimau (Eka Kurniawan) dari penerbit Kompas-Gramedia yang sudah diterbitkan dalam bahasa Inggris. Demikian juga Gadis Kretek (Ratih Kumala) oleh penerbit Jerman, Pulang (Leila S Chudori) dalam bahasa dan Belanda dan masih banyak lagi. Kalau karyanya Adrea Hirata ya..ndak usah ditanya lagi ya. Kalau karyanya Ahmad Tohari "Ronggeng Dukuh Paruk" ada sudah diterbitkan dan diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Demikian juga dengan NH Dini tentunya.
Bagaimana dengan pameran buku di Indonesia?
Menyenangkan dan menyedihkan.
Menyenangkan karena dalam pameran tersebut kita dimanjakan dengan berbagai buku..berbagai tema tanpa repot-repot menyusuri berbagai toko. Puluhan..bahkan ratusan penerbit ada di dalam ruang pameran tersebut. Lebih-lebih harga yang ditawarkan cenderung jauh lebih murah ketimbang beli di toko.
Meskipun kadang menjadi pemikiran tersendiri...pameran buku di Indonesia sebenarnya pameran atau sekedar bazar buku. Buku-buku yang tidak laku kemudia dikasih diskon..yang penting bagaimana caranya agar terjual dengan lebih cepat dan lebih banyak.
Padahal yang namanya pameran, ya setidaknya memamerkan produk-produk yang berkualitas. produk-produk yang menjadi unggulan, dalam hal ini unggulan dari penerbit buku.
Ya..lain kali perlu dilihat lagi apakah kegiatan tersebut sebagai pameran atau bazar buku. Kalau memang judulnya bazar buku ya...memang harus lebih murah. Namanya saja bazar. Tetapi kalau namanya Pameran Buku ya setidaknya ada talk show mengenai peluncuran buku..ataupun ada pajangan buku-buku berkualitas. Kualitas loh..bukan harga murah yang jadi acuan.
Ya, itulah hal yang menyedihkan. Berharap menonton pameran buku-buku bagus tapi adanya penerbit/orang yang jualan buku. Bahkan di sela-sela itu ada jualan lain, seperti baju, minyak wangi, mainan anak-anak dan tetek bengek jualan lain.
Ya..dinikmati saja. Antara pameran dan orang mencari rezeki.
No comments:
Post a Comment