Sumber gambar : |
Penciptaan arti ini, dikupas oleh Prof. Dr. Rachmat Djoko Pramono dalam buku Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik dan Penerapannya. Dikemukakan oleh Riffaterre (1978:1) sebagaimana dikutip oleh Pramono (2008:124) bahwa puisi dari dulu sampai sekarang selalu berubah karena evolusi selera dan konsep estetik yang selalu berubah dari satu periode ke periode selanjutnya. Karya sastra itu merupakan ekspresi yang tidak langsung, yaitu menyatakan pikiran atau gagasan secara tidak langsung, dengan cara lain.
Ketidaklangsungan ekspresi tersebut, disebabkan oleh tiga hal, yaitu karena penggantian arti, penyimpangan arti dan penciptaan arti. Di sinilah kekuatan dari puisi "Tragedi Winka & Sihka", yang mampu menghasilkan penciptaan arti dari bentuk visualnya. Kalau kita menirunya, apakah mungkin karya kita bisa dianggap fenomental dan revolusioner seperti Sutardji.
Coba kita perhatikan kembali puisi Sutardji Calzoum Bachri yang berjudul "Tragedi Winka & Sihka" sebagai berikut.
TRAGEDI WINKA & SIHKA
Ketidaklangsungan ekspresi tersebut, disebabkan oleh tiga hal, yaitu karena penggantian arti, penyimpangan arti dan penciptaan arti. Di sinilah kekuatan dari puisi "Tragedi Winka & Sihka", yang mampu menghasilkan penciptaan arti dari bentuk visualnya. Kalau kita menirunya, apakah mungkin karya kita bisa dianggap fenomental dan revolusioner seperti Sutardji.
Coba kita perhatikan kembali puisi Sutardji Calzoum Bachri yang berjudul "Tragedi Winka & Sihka" sebagai berikut.
TRAGEDI WINKA & SIHKA
kawin
kawin
kawin
kawin
kawin
ka
win
ka
win
ka
win
ka
win
ka
winka
winka
sihka
sihka
sihka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
sih
sih
sih
sih
sih
ka
Ku
kawin
kawin
kawin
kawin
ka
win
ka
win
ka
win
ka
win
ka
winka
winka
sihka
sihka
sihka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
sih
sih
sih
sih
sih
ka
Ku
Perhatikan baik-baik puisi di atas. Kata-kata yang ada maknanya secara kamus hanyalah kawin dan kasih. Tentunya secara linguistik kata winka dan sihka tidak mempunyai makna apapun. Tetapi tampilan visual dari susunan kata-kata tersebut yang akhirnya menimbulkan makna yang berbeda. Kata kawin yang sampai 5 baris tentu ada maknanya (misalnya perkawinan yang utuh sampai 5 tahun saja). Ketika kata kawin berubah menjadi winka, artinya perkawinan tersebut menjadi berantakan.
Hebatnya, pembalikan kata kawin menjadi winka bisa diterimakan oleh para penikmat sastra bahkan orang awam (khususnya bagi yang pro atau ngefans sama penyairnya). Padahal jelas-jelas di kamus pun tidak ada artinya. Kenapa perkawinan yang yang berantakan tersebut tidak digantikan dengan kata-kata yang lain misalnya selingkuh atau cerai. Ya..kelihatannya malah puisi Tragedi Winka & Sihka ini malah tidak menjadi fenomenal. Alasan yang sama juga bisa diterapkan dengan penggunaan kata sihka sebagai lawan dari kata kasih (yang tidak menggunakan kata "benci" misalnya).
Demikian juga dengan bentuk hurufnya yang dibuat zig zag. Tentunya ada maknanya tidak menuliskan kata-kata secara lurus baik vertikal maupun horizontal, bentuk lingkaran, bentul elips, bentuk persegi dan seterusnya. Bentuk zig zag bisa diartikan bentuk yang penuh liku-liku, seperti yang dialami orang yang berumah tangga.
Sebagai contoh penciptaan arti karena bentuknya yang homologues bisa ditemukan pada sajak pantun yang berisi
baris-baris sejajar. Baris-baris yang sejajar baik bentuk visual maupun bentuk
kata-katanya, perjajaran suara menyebabkan timbulnya arti yang sama.
Misalnya :
Berakit-rakit ke hulu
Berenang-renang ke tepian
Bersakit-sakit dahulu
Bersenang-senang kemudian
Bagaimana? Asyik bukan? Ternyata puisi bukan sekedar berisi kata-kata yang bermakna secara linguistik tetapi bisa menghasilkan makna berbeda. Adanya unsur non linguistik ini dalam bentuk visual yang unik dan menarik menjadikan sebuah karya puisi menjadi begitu indah dan memiliki makna yang mendalam.
Siapa mau mencoba?
Bagaimana? Asyik bukan? Ternyata puisi bukan sekedar berisi kata-kata yang bermakna secara linguistik tetapi bisa menghasilkan makna berbeda. Adanya unsur non linguistik ini dalam bentuk visual yang unik dan menarik menjadikan sebuah karya puisi menjadi begitu indah dan memiliki makna yang mendalam.
Siapa mau mencoba?
Sumber bacaan :
Pradopo, Rachmat Joko. 2008. Beberapa Teori Sastra, Metode
Kritik, dan Penerapannya. Pustaka Pelajar.
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteKeren
ReplyDelete