Saturday, March 28, 2015

Mengenal Sutardji Calzoum Bachri

 

Sutardji Calzoum Bachri O Amuk KapakSiapa yang tidak mengenal puisi Tragedi Winka & Sihka? Dan tidak puas rasanya kalau kita tidak mengenalnya. Dialah Sutardji Calzoum Bachri, yang diberi gelar “presiden” penyair. Kalau Amir Hamzah dikenal sebagai Raja Penyair Pujangga baru, maka Sutardji dikenal sebagai presiden penyair modern Indonesia.

Sajak-sajak Sutardji dianggap fenomenal dan sekaligus kontroversial. Dalam sajak-sajaknya dia menemukan bahasa pengucapannya sendiri dan sekaligus menciptakan konsep dan pengertian baru tentang bahasa sajak. Karya-karya sajaknya menjadi perdebatan sengit apakah karya-karyanya tersebut layak dianggap sebagai karya sajak, seperti halnya karya sastra.

Dalam sebuah kredo pusisi yang dikukuhkannya pada tanggal 30 Maret 1973 di Bandung, dia menuangkan konsep kepenyairannya sebagai berikut. “Kata-kata bukanlah alat mengantarkan pengertian. Dia bukan seperti pipa yang menyalurkan air. Kata adalah pengertian itu sendiri. Dia bebas.”

Kalau dibandingkan dengan kursi, maka kata adalah kursi itu sendiri dan bukan sebagai tempat untuk duduk. Dibandingkan dengan pisau, maka kata adalah pisau itu sendiri dan bukan alat untuk memotong atau menikam.

Kumpulan sajaknya, Amuk (1977) mendapatkan Hadiah Puisi DKJ 1976/77. Kumpulan sajaknya yang lain : O (1973), Amuk (1979), dan O Amuk Kapak (1981). Sajak-sajak dalam bahasa Inggris dimuat dalam Harry Aveling (ed.), Arjuna in Meditation (Calcuta, 1976).

Kumpulan cerpennya yang telah diterbitkan adalah Hujan Menulis Ayam (2001). Bersama Taufiq Ismail dan Slamet Sukirnanto beliau menjadi editor buku Mimbar Penyair Abad 21 (1996). Sajak-sajaknya juga dimuat dalam antologi yang terbit di luar negeri : Writing from the World (Amerika Serikat), Westerly Review (Australia), Dichters in Rotterdam (Belanda, 1975), dan Ik Will Nog Duizend Jaar Leven, Negen Moderne Indonesisdie Dichters (Belanda, 1979).

Berbagai penghargaan telah diraihnya, seperti Hadiah Sastra ASEAN tahun 1979. Hadiah seni tahun 1993 dan pada tahun 1998 menerima Anugerah Sastra Chairil Anwar. Sutardji Calzoum Bachri dianggap sebagai pelopor “Angkatan 70”.

Begitulah sekilas mengenai Sutardji Calzoum Bachri yang kukenal lewat puisi Tragedi Winka & Sihka. Semoga bisa memburu karya-karyanya yang lain.

Sumber :

Ensiklopedi Sastra Indonesia. 2004. Bandung : Titian Ilmu

Ditulis oleh: Arsyad R Bahasa dan Sastra Updated at : 5:25 PM

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...