Monday, March 2, 2015

Mistik dalam Cerita Pendek

Agus Pribadi atau biasa dipanggil Mas Agus adalah seorang penulis yang sangat telaten. Saat bergabung dengan kompasiana tak kurang 600 tulisannya bertengger di sana, Karya-karyanya banyak yang dimuat di surat kabar lokal maupun nasional.  Seperti Ada Gadis Berkepala Gundul (tabloid minggu Pagi), Sihir Bisa Ular (Suara Merdeka), Perempuan Tua yang Selalu Memandang ke Bawah (Tabloid Cempaka) dan puluhan lain karyanya yang termuat di Satelitpos.

Bagi Mas Agus sendiri, menulis adalah melalui proses yang sangat panjang. Menulis..menulis,,dan menulis saja, Apa saja yang dirasakan yang dipikirkan segera dituliskan. Alhasil, ratusan artikel/cerpen banyak terpampang di berbagai media, baik media cetak maupun di berbagai blog (baik blog keroyokan maupun blog pribadi).

Cerpennya yang berjudul Gadis Penungggu Embun (Serahim Nira, Buku Antologi Pemenang Lomba Cerpen 2012) dan Gadis Jelita dan Seekor Buaya (Note Facebook Agus Pribadi, Pemenang Pertama Event Fiksi Sensual Fiksiana Community, 02 September 2013).  Belum lagi prestasi lain dalam penulisan karya ilmiahnya. Seorang jebolan Biologi bukan hanya menuliskan karya sesuai latar belakang kuliahnya tetapi juga piwai meramu kata-kata menjadi kalimat yang penuh makna.

Memang dalam pengamatan saya, selain aneh, unik dan menggelitik karya-karya beliau kental nuansa mistiknya. Seperti dalam kumpulan cerpen  pertamanya yang diberi judul Gadis Berkepala Gundul. Cerpen berjudul Gadis Penunggu Embun, menjadi pilihan pertama dari buku tersebut. Diceritakan seorang gadis bernama Sulasih, yang tiap hari duduk menunggu di suatu taman kota. Sedangkan tokoh aku (Anton), sebagai seorang laki-laki yang ditinggal mati istrinya padahal baru sebulan menikah. Sulasih, gadis penunggu embun itu  yang akhirnya bisa menggetarkan hatinya. Hubungan keduanya makin dekat. Bagaimana kelanjutannya? Siapa gadis tersebut? Mengapa dia selalu menunggu embun? Ending yang tak terbayangkan.

Judul keduanya yang berjudul Cicak, tentang seorang Ibu yang meyakini salah satu anaknya pergi dari rumah, dianggapnya telah berubah menjadi seekor cicak. Hal ini dibuktikan dengan bertambahnya jumlah cicak di dinding dan atap kamar anaknya persis bertepatnya anaknya menghilang. Bagaimana kisah cicak tersebut? Ke mana sebenarnya anaknya menghilang? Benarkah cicak tersebut hasil dari "muksa" nya anaknya menjadi misteri dari cerita ini.

Untuk cerpen-cerpen yang lain, baca saja kumpulan cerpen tersebut. Ada Hikayat Sepotong Lidah yang bagi saya "tak tega" membayangkan solusi yang dilakukan oleh tokoh utama. Aneh, takjub. Kok begitu. Tidak adakah solusi yang lain. Atau bagaimana kisah Gadis Berkepala Gundul. Mengapa dia begitu percaya diri dengan gundul di kepalanya. Apa yang menjadi sebab seorang perempuan tua yang selalu memandang kebaya. Dan terakhir cerita mengenai Buaya Sungai Serayu, cerita yang sangat panjang untuk ukuran sebuah cerpen, namun tetap asyik untuk dinikmati. Seperti arti cerpen sebagai karya yang habis baca dalam sekali duduk.


Ditulis oleh: Arsyad R Bahasa dan Sastra Updated at : 1:59 PM

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...