Saturday, November 26, 2016

Bayang-Bayang Keikhlasan













Bayang-Bayang Keikhlasan

Ketika memberi berharap balasan
Ketika memberi berharap pujian
Ketika memberi berharap senyuman

Lupakanlah...

Memberi adalah memberi
Tidak perlu dikaji
Tidak perlu direnungi

Lepaskanlah...

Tidaklah perlu mengungkit
Membuat sakit
Dan jadi penyakit

Lupakanlah...

Tidak usah merasa tinggi
Tidak usah merasa kuasa
Tidak usah merasa berpunya

Lepaskanlah...

Hati ini sedih
Tiada yang mengerti
Begitu letih
Luka di hati
makin menganga...
Tak tahu harus apa...
Hanya terdiam...memandang
mencoba menikmati...
Tapi...entahlah

Purbalingga,  25 November 2016

Sumber gambar : http://kolom.abatasa.co.id/gambar/kolom-mulailah-dari-diri-sendiri-1072_l.jpg




Ditulis oleh: Arsyad R Bahasa dan Sastra Updated at : 11:36 PM

Friday, November 25, 2016

Puisi Charil Anwar : Deru Campur Debu

Deru Campur Debu Chairil Anwar
Puisi Chairil Anwar ini, saya temukan pada buku kumpulan puisi yang berjudul "Deru Campur Debu". Buku yang saya baca ini merupakan buku cetakan keenam tahun 2016 dari Penerbit Dian Rakyat.

Awalnya, saya tidak menyangka bisa menemukan kumpulan-kumpulan puisi Chairil Anwar dalam sebuah buku yang ada di perpustakaan sekolah. Sungguh, kalau dulu saat sekola (SMP/SMA) hanya menemukan cukilan-cukilan puisi dalam buku paket Bahasa Indonesia atau saat dibacakan oleh guru Bahasa Indonesia saat itu.

Kemudahan dalam mengakses informasi, menjadi keuntungan tersendiri. Tidak usah menunggu lama atau mencari ceceran-ceceran puisi Chairil Anwar, tetapi langsung dalam buku kumpulan puisinya yang berjudul "Deru Campur Debu".

Dalam kumpulan puisi "Deru campur Debu" tersebut ada 27 puisi plus 1 buah Tulisan Chairil Anwar. Sayang sekali saya kesulitan dalam membaca tulisan Chairil Anwar tersebut.

Puisi-puisi yang ada dalam kumpulan buku "Deru Campur Debu" adalah sebagai berikut :

  1. Aku
  2. Hampa
  3. Selamat Tinggal
  4. Orang Berdua
  5. Sia-Sia
  6. Doa
  7. Isa
  8. Kepada Peminta-minta
  9. Kesabaran
  10. Sajak Putih
  11. Kawanku dan Aku
  12. Kepada Kawan
  13. Sebuah Kamar
  14. Lagu Siul
  15. Malam di Pegunungan
  16. Catetan Th. 1946
  17. Nocturno
  18. Kepada Pelukis Affandi
  19. Buah Album D.S
  20. Cerita Buat Dien Tamaela
  21. Penerimaan
  22. Kepada Penyair Bohon
  23. Senja di Pelabuhan Kecil
  24. Kabar dari Laut
  25. Tuti Artic
  26. Sorga
  27. Cintaku Jauh di Pulau
  28. Tulisan Chairil Anwar
Dari ke-28 judul itu ada beberapa yang sudah saya kenal ketika SMP/SMA yaitu Aku (yang begitu legendaris), puisi Doa, Kepada Peminta-Minta, Cerita Buat Dien Tamaela, serta Senja di Pelabuhan Kecil. Sedangkan judul-judul puisi Chairil Anwar yang lain baru kenal beberapa waktu kemarin.

Ternyata ada puisi yang sangat pendek, tidak sebanding judulnya. Puisi yang saya maksud berjudul Malam di Pegunungan, yang berbunyi sebagai berikut.

Malam di Pegunungan
Aku berpikir : Bulan inikah yang membikin dingin,
Jadi pucat rumah dan kaku pepohonan?
Sekali ini aku terlalu sangat dapat jawab kepingin
Eh, ada bocah cilik main kejaran dengan bayangan!

Coba baca dan cermati puisi Chairil Anwar di atas.

Saya kira puisi itu bicara tentang seseorang yang merasakan kesepian di pegunungan. Sendirian. Beku. Mati..dan seterusnya. Ternyata....jauh dari bayangan saya.

Aku berpikir :Bulan inikah yang membikin dingin
Maksudnya..apakah Chairil Anwar bertanya pada bulan ataukah "bulan" yang tidak dijelaskan sedang terang benderang atau redup, bulat penuh atau separuh bahkan seperempat sebagai penyeban malam di pegunungan menjadi dingin. 
Masa iya membuat rumah menjadi pucat dan pepohonan menjadi kaku. Ketika digambarkan bulannya bulan pucat, atau tidak terang boleh jadi rumah pun menjadi pucat. Tetapi apa hubungannya dengan kekakuan pepohonan?

Eh, ada bocah cilik main kejaran dengan bayangan!
Apakah dalam bayangan Chairil Anwar, pegunungan tersebut sebagai sebuah desa atau setidaknya dekat dengan desa, sehingga ditemukan anak kecil. Kayaknya ndak deh, hanya ada seorang anak kecil yang bermain sendirian di pegunungan...

Entahlah...Begitulah mungkin imajinasi seorang penyair. Seorang Chairil Anwar yang dengan ide-idenya yang diluar persangkaan orang biasa.


 

Ditulis oleh: Arsyad R Bahasa dan Sastra Updated at : 11:24 PM

Thursday, November 24, 2016

Kesalahan Berbahasa : Penggunaan EYD

Kesalahan Berbahasa Penggunaan EYDJudul Buku : Kesalahan Berbahasa : Penggunaan EYD
Penyusun : Gantamitreka & Shokha
Jumlah halaman : x + 278 hlm
Tahun Terbit : 2016
Penerbit : Genta Smart Publisher
ISBN : 978-602-6991-46-1






Kita sering mendengar kata-kata 'gunakan bahasa yang baik dan benar'. Baik dan benar tentunya memiliki arti yang berbeda. Yang baik belum tentu benar dan yang benar belum tentu baik...Klies banget ya.

Bahasa yang baik adalah bahasa yang sesuai dengan tuntutan norma yang berlaku dalam masyarakat. Ketika berkomunikasi dalam suasana yang resmi, gunakanlah bahasa yang baku. Sedangkan untuk berkomunikasi pada suasana yang tidak formal bisa menggunakan bahasa yang santai dan lebih akrab.

Bahasa yang benar adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah atau aturan bahasa Indonesia yang berlaku. Kaidah atau aturan yang dimaksud meliputi kaidah ejaan, kaidah pembentukan kata, kaidah penyusunan kalimat, kaidah penyusunan paragraf maupun kaidah penataan penalaran.

Dalam buku Kesalahan Berbahasa : Penggunaan EYD ini dibahas seluk beluk bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Buku ini terdiri dari 8 bab sebagai berikut :
Bab 1 Mengenal Bahasa Indonesia
Bab 2 Sejarah Indonesia yang Disempurnakan
Bab 3 Ejaan yang Disempurnakan
Bab 4 Pedoman Umum Pembentukan Istilah
Bab 5 Panduan Pembakuan Istilah Komputer
Bab 6 Kesalahan Berbahasa : Praktik dalam Kehidupan Sehari-hari
Bab 7 Analisis Kesalahan Bahasa
Bab 8 Sekapur Sirih Penyuntingan Naskah

Untuk memahami isinya secara mendetil silakan baca saja buku Kesalahan Berbahasa : Penggunaan EYD ini. Dalam blog ini paling dikupas sedikit demi sedikit, khususnya materi yang saya anggap baru atau begitu penting untuk dituliskan di sini.

Selamat membaca

Ditulis oleh: Arsyad R Bahasa dan Sastra Updated at : 9:05 PM

Sunday, November 20, 2016

Diksi dan Gaya Bahasa

Buku Diksi dan Gaya Bahasa merupakan lanjutan dari buku Komposisi yang ditulis oleh Gorys Keraf.  Dalam buku Diksi dan Gaya Bahasa ini akan diperkenalkan mengenai komposisi dari segi retorika. Komposisi sendiri dapat diartikan sebagai penyusunan atau penempatan beberapa unsur secara bersama-sama dalam suatu paduan yang harmonis. Komposisi dalam konteks bahasa dan sastra dapat diartikan sebagai penempatan unsur-unsur bahasa untuk menghasilkan karangan yang baik dan teratur.

Buku Diksi dan Gaya Bahasa ini tidak berdiri sendiri dengan buku-buku lain tentang teknik mengarang. Masih ada beberapa buku yang harus dikuasai seperti buku Eksposisi dan Deskripsi serta buku Argumentasi dan Narasi.

Buku Diksi dan Gaya Bahasa ini terbagi dalam 7 bagian, yaitu
Bab 1 Retorika
Dalam melakukan retorika ada 2 aspek yang perlu diketahui, yaitu pengetahuan mengenai bahasa dan pengetahuan mengenai obyek/materi yang akan disampaikan. Dalam buku Diksi dan Gaya Bahasa ini retorika diartikan sebagai suatu teknik pemakaian bahasa sebagai seni, baik lisan maupun tertulis, yang didasarkan pada pengetahuan yang disusun dengan baik.

Bab 2 Kata dan Pilihan Kata
Tiap kata mengungkapkan sebuah gagasan atau sebuah ide. Semakin banyak kata yang dikuasai seseorang, semakin banyak pula ide atau gagasan yang dikuasainya dan sanggup diungkapkannya. Pilihan kata atau diksi bukan sekedar untuk menyatakan kata-kata mana yang dipakai untuk mengungkapkan ide atau gagasan tetapi juga meliputi permasalahan fraseologi, gaya bahasa, dan ungkapan.

Bab 3 Kamus Sebagai Sumber Diksi
Kamus merupakan buku referensi yang memuat daftar kosa kata yang terdapat dalam sebuah bahasa, yang disusun secara alfabetis disertai keterangan bagaimana menggunakan kata tersebut. Kamus dapat dibedakan menjadi kamus umum, kamus khusus dan kamus istilah. Ada juga yang membedakan kamus menjadi kamus eka bahasa, dwi bahasa bahkan multi bahasa. Dari sifatnya pun dapat dibedakan antara kamus standar dan kamus non-standar.

Bab 4 Perluasan Kosa Kata
Setiap orang perlu untuk melakukan perluasan kosa kata untuk meningkatkan kualitas komunikasinya. Kosa kata yang dikuasai setiap orang akan berkembang dimulai masa anak-anak kemudian menginjak remaja sampai akhirnya dia menjadi dewasa. Kosa kata dapat diperluas oleh setiap orang melalui berbagai cara seperti melalui proses belajar, melalui konteks, melalui kamus, kamus sinonim dan tesaurus serta dengan menganalisa kata-kata.

Bab 5 Pendayagunaan Kata dan Ketepatan Pilihan Kata
Pendayagunaan kata berkaitan dengan dua permasalahan utama, yaitu ketepatan memilih kata yang tepat serta kesesuaian atau kecocokan dalam menggunakan kata-kata tersebut. Ketepatan pilihan kata membicarakan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh penulis atau pembicara.

Bab 6 Pendayagunaan Kata dan Kesesuaian Pilihan Kata
Ketepatan dan kesesuain pilihan kata merupakan hal yang berbeda. Dalam persoalan ketepatan kita bertanya apakah pilihan kata yang dipakai sudah setepat-tepatnya, sehingga tidak akan menimbulkan interpretasi yang berlawanan antara pembicara dan pendengar atau antara penulis dan pembaca. Sedangkan dalam kecocokan atau kesesuaian dipersoalkan apakan pilihan kata atau gaya bahasa yang dipergunakan tidak merusak suasana atau menyinggung perasaan.

Bab 7 Gaya Bahasa
Gaya bahasa atau style merupakan cara untuk mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Sebuah gaya bahasa yang baik harus mengandung tiga unsur berikut, yaitu kejujuran, sopan santun, dan menarik.

Untuk uraian yang lengkap dari ketujuh bahasan tersebut bisa membaca buku Diksi dan Gaya Bahasa yang ditulis oleh Gorys Keraf.
Selamat membaca.



Ditulis oleh: Arsyad R Bahasa dan Sastra Updated at : 7:13 PM

Wednesday, November 9, 2016

Memahami Hubungan Makna

Hubungan makna seperti yang dikemukakan oleh Nida dalam Componential Analysis of Meaning (1975) sebagaimana dikutip oleh Prof. dr. Hj. T. fatimah Djajasudarma (1993) dijelaskan bahwa ada 4 prinsip yang menyatakan hubungan makna yaitu : (1) prinsip inklusi (inclusion), (2) tumpang tindih (overlapping), (3) komplementasi (complementation) , dan (4) persinggungan (contiguity).

Perhatikan kalimat berikut, " Mereka saling berebutan kursi".  dalam kalimat tersebut ditemukan makna yang berbeda. Pertama adalah orang-orang berebutan kursi untuk sekedar duduk, sedangkan makna yang lain bisa berarti orang yang berebutan jabatan. Meskipun demikian, ada satu titik temu di situ yaitu kata "kursi", yang artinya memang tempat duduk. Baik bagi orang yang sekedar duduk atau orang yang mendapat jabatan juga membutuhkan kursi untuk duduk.

Marilah kita kupas ke-4 prinsip dalam menyatakan hubungan makna :
1. Prinsip inklusi
Prinsip ini terjadi karena pemakai bahasa ingin dengan cepat mengungkapkan apa yang diacunya atau juga karena ketidakmampuan dalam menciptakan nama benda (peristiwa) yang diacunya.
Misalnya :
a. Binatang. Di dalam kata binatang tercakup harimau, gajah, kucing, anjing dan sebagainya.
b. Pemuda. Ke dalam kata pemudi inklusif di dalamnya pemudi, tetapi tidak berlaku sebaliknya. Kata pemudi selalu perempuan.
(Catatan penulis : Saya tidak usah ragu-ragu lagi ketika menggunakan kata siswa. Misalnya memberikan pengumuman kepada semua siswa. Siswa yang dimaksud termasuk juga siswinya. Tetapi jika pengumuman tersebut untuk siswi, berarti tidak melibatkan siswanya. Jadi tidak perlu dikatakan "......semua siswa-siswi...." tetapi cukup "....semua siswa" (termasuk siswinya loh).....atau ".....semua siswi......" (hanya siswa yang perempuan).
c. Makan. Kata makan ini menginklusifkan jenis makanan dan alat untuk makan, seperti pada "Ia sedang makan".
d. Menuju. Kata menuju bermakna arah dan menginklusifkan preposisi ke, sehingga ada pernyataan "Ia menuju Jakarta" atau "Ia menuju ke Jakarta".

2. Prinsip tumpang tindih
Prinsip tumpang tindih ini mengacu kepada kata yang mengandung berbagai informasi di dalamnya.
Misalnya kata "mempertanggungjawabkan" bisa berarti memikiki makna kategori aktif dan juga makna kategori "aksi atau tindakan bertanggung jawab". Demikian juga kata "kami-kami" yang berarti pronomina persona pertama jamak dan juga berarti meremehkan atau merendahkan.

3. Prinsip komplementer
Prinsip ini merupakan pasangan-pasangan komplementer (saling melengkapi) baik kata-kata yang maknanya berlawanan, berlawanan dengan makna sebaliknya, ataupun makna bolak-balik.
Misalnya :
(1) baik : buruk
(2) benar : salah
(3) besar : kecil
(4) marah : senang
(5) bertengkar : berdamai
(6) membenci : menyenangi
(7) menyewa : menyewakan
(8) menjual : membeli
(9) menerima : memberi
Coba perhatikan baik-baik kelompok kata-kata (1), (2), (3) dengan kelompok (4), (5), (6) serta kelompok kata (7), (8) dan (9) mana yang memiliki makna berlawanan, berbalik, atau timbal balik.

4. Prinsip persinggungan
Makna bersinggungan hampir sama dengan sinonim. hanya tingkat kesamaanya agak berbeda. Makna bersinggung terjadi pada kata-kata yang memiliki asosiatif yang sama.

Perhatikan kata-kata berikut :
(1) memberikan, (2) menyerahkan, (3) menganugrahi dan (4) menghadiahi ==> A
(1) terbit, (2) muncul, (3) keluar ==>B
(1) mengunjungi, (2) melayat, (3) menonton ==> C

Coba amati makna asosiatif yang muncul pada kata-kata dalam tiap kelompok.
Misalnya pada kelompok C. Kata "mengunjungi" lazim dikenakan misalnya dalam kalimat "Saya mengunjungi sahabat saya". Sahabat saya tersebut boleh jadi karena saya jarang bertemu dengannya atau juga tinggal di tempat yang jauh. Sehingga saya datang mengunjunginya. Beda lagi tentunya jika saya ada masalah atau ada pihak lain punya masalah dengan dia, sedangkan saya menjadi mediatornya. Saya mungkin akan mengatakan  "Oke, saya akan mencoba menemui sahabat saya". (Malah di luar kata mengunjungi, melayat dan menonton ya?...meski maksudnya tetap bertemu dengannya).
Tentunya sangat tidak etis, tidak lazim, dan "kurang ajar" ketika saya menggunakan kalimat "Saya akan melayat ke rumah saudara". Padahal yang dimaksud "saudara" tersebut masih hidup dan tidak ada yang meninggal di rumah "saudara" itu..

Sumber :
Djajasudarma, T. Fatimah. 1993. Semantik 2 - Pemahaman Ilmu Makna. PT Refika Aditama Bandung




Ditulis oleh: Arsyad R Bahasa dan Sastra Updated at : 2:10 PM

Wednesday, November 2, 2016

Puisi Chairil Anwar : ISA

Sebuah puisi karya Chairil Anwar berjudul ISA, tak sengaja saya temukan di buku Ensiklopedia Sastra Indonesia Modern (2009).
Isa sendiri adalah seorang nabi, bagi umat Islam. Dia adalah seorang nabi dan rasul yang dilahirkan oleh Maryam,ibunya. Dalam sejarahnya, Isa membawa ajaran monoteisme tentang ketuhanan.

Isa, bagi umat Kristen adalah Yesus Kristus, yang dipandang sebagai Allah manusia. Selama hidupnya di dunia Isa (Yesus) banyak melakukan perbuatan mukjizat, antara lain menyembuhkan orang sakit dan membangkitkan orang mati. Namun, Isa (Yesus) sendiri akhirnya dihukum mati oleh musuh-musuhnya dengan disalib di bukit Golgota. Bagi umat kristen, kematian Isa (Yesus) tersebut meruakan upaya penyelamatan dan penebusan dosa umat manusia.

Dalam puisi Indonesia modern, kisah tentang Isa tersebut banyak dikupas, Misalnya dalam puisi Chairil Anwar berikut yang ditujukan kepada Nasrani sejati.

ISA

Itu Tubuh
mengucur darah
mengucur darah

rubuh
patah

mendampar tanya : aku salah?
kulihat Tubuh mengucur darah
aku berkaca dalam darah

terbayang terang di mata masa
bertukar rupa ini segera

mengatup luka
aku bersuka

itu Tubuh
mengucur darah
mengucur darah

Dalam puisi Isa tersebut, Chairil Anwar menggambarkan Isa sebagaimana kepercayaan Kristen, yaitu Isa yang disalib untuk menebus dosa manusia.
Tergambar jelas dalam kata-kata

"Itu Tubuh
mengucur darah
mengucur darah"

Kalau dibaca, nampak oleh saya ada nada kepasrahan yang luar biasa.
Tidak ada pemberontakan. Seperti dalam ungkapan "mendampar tanya : aku salah?"
Bahkan menikmati, terungkap dalam kata-kata
 "terbayang terang di mata masa
bertukar rupa ini segera

mengatup luka
aku bersuka".

Kata-kata singkat pengungkapan Chairil Anwar yang menusuk hati. Kata-kata yang penuh kontradiksi....sindiran luar biasa terutama kepada para penyalib.
Rasa sakit sekaligus bisa menikmati rasa itu.

Sumber : Sugono, Dendy (Penyunting). 2009. Ensiklopedia Sastra Modern. Cetakan ketiga. PT Remaja Rosdakarya bekerja sama dengan Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional.

Sumber gambar : http://chairil-anwar.blogspot.co.id/
Ditulis oleh: Arsyad R Bahasa dan Sastra Updated at : 8:31 AM
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...