Wednesday, August 17, 2016

BUAT MEMERDEKAKAN APA?

Pekik merdeka di mana-mana
Puluhan..ribuan..ratusan..jutaan rakyat Indonesia
Berteriak "MERDEKA"
Musuh telah ditendang
Kesewenang-wenangan berakhir sudah
Soekarno - Hatta Sang Pahlawan

Hemmm....
Itu dulu kawan...
Kembali bangsa Indonesia berjuang...
Menuntaskan sisa-sisa penjajah...penjahat perang...penghianat bangsa
Tuntas...tuntas....meski tak pernah terjadi

Tahun-demi tahun...
Masih banyak nyawa yang dikorbankan
Masih banyak kepentingan yang dikedepankan
Masih banyak kesejahteraan rakyat diabaikan
Kue pembangunan hanya buat sebagian...

Kebohongan...kesewenang-wenangan tiada henti
Kongkalikong...memperkaya diri
Yang Kaya Makin Kaya kata Bang Rhoma

Kemerdekaan buat siapa?
Buat memerdekakan apa?

Buat rakyat yang setia
Buat siapapun yang tanpa pamrih
Buat yang selalu membela negeri ini
Buat orang-orang yang selalu diam diri
Buat orang-orang yang masih terjajah
Buat orang-orang yang terasa terjajah
Buat orang-orang yang selalu memberi buat negeri inti

Bukan buat orang yang tak tahu diri
Bukan buat orang yang memperkaya diri
Bukan buat orang yang selalu iri hati
Bukan buat orang yang mengeruk negeri ini
Bukan buat peminta-minta uang rakyat

Bukan juga buat saya
Karena sudah merdeka sejak dilahirkan
Merdeka untuk  memerdekakan

Purbalingga, 17 Agustus 2016
Ditulis oleh: Arsyad R Bahasa dan Sastra Updated at : 6:19 AM

Thursday, August 4, 2016

Belajar Bahasa Melalui Ekstrakurikuler

Belajar bahasa melalui ekstrakurikuler bukanlah gagasan yang baru. Banyak sekali kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, dari ekstra kurikuler jurnalistik, cipta puisi, cipta cerpen, orasi, sampai sekedar menghidupkan majalah dinding (mading) sekolah, buletin bahkan majalah sekolah.

Tetapi memang kalau di sekolah yang saya tempati, kegiatan-kegiatan tersebut lama menghilang. Bukan saja bentuk ekstrakurikulernya tetapi juga produk yang dihasilkan. Kalau biasanya mading ganti setidaknya sebulan sekali, sekarang bisa 3 bulan, 6 bulan bahkan setahun sekali.
mading sekolah
Mading sekolah

Di samping adalah contoh mading yang diterbitkan sekitar tahun 2011. Judulnya cukup mantap "Pencerah" - Ajang Kreatifitas Siswa. Lupa juga kenapa dinamakan Pencerah, apakah ada kaitannya dengan Film Sang Pencerah ya?

Salah satu efek lain dari menghilangnya ekstra tentang bahasa, juga semakin sedikitnya lomba-lomba tentang tulis menulis. Ketika dulu, ada berbagai lomba tulis menulis terkait dengan tema tertentu. Misalnya saat menyongsong Hardiknas dilaksanakan lomba menulis dengan tema Pendidikan, demikian juga kalau ada kegiatan Pesantren Kilat ada lomba pidato keagamaan, membuat cerita Islami, review film Islami dan selanjutnya.

Dengan adanya ekstrakurikuler ini, juga membantu guru bahasa dalam menguatkan kemampuan berbahasa anak-anak didiknya. Yang jelas, namanya ekstrakurikuler tidak terlalu banyak teori. Tetapi cukup teori praktis plus banyak praktek. Dan yang tidak kalah penting ada produk yang bisa dilihat (baca juga : dipamerkan), seperti mading atau buletin.

Kalau dipikir-pikir, sayang juga khan. Ketika pelajaran Bahasa Indonesia, banyak tugas membuat cerpen, puisi, artikel, serta tulisan-tulisan lain tetapi tugas-tugas tersebut hanya menumpuk. Membusuk....jadi sampah tiada guna (lebay ya) dan lain-lain. Mending kan, kerja sama dengan jurnalistik untuk menerbitkan tulisan-tulisan tersebut. Bahkan tidak menutup kemungkinan, naskah-naskah siswa dikumpulkan, dibuat beberapa kategori sampai akhirnya dibukukan. Jadilah buku kumpulan karya-karya siswa.

Entahlah...yang penting sekarang, bagaimana agar ekstrakurikuler yang nyaris "tertidur" di sekolah saya bisa aktif kembali. Dan mulai dicoba mulai sekarang.

Ditulis oleh: Arsyad R Bahasa dan Sastra Updated at : 10:50 AM
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...